Skip to content

Rasa Bersalah

Rasa bersalah seperti gambaran tangan-tangan hitam yang menarik kita yang berjalan maju.

Seringkali seseorang ingin berjalan maju menuju impiannya,
namun tertahan karena banyaknya rasa bersalah dalam diri.

Merasa terikat.

Rasa bersalah muncul ketika “berpikir” jika kita sudah mengecewakan orang lain
atau memang benar-benar sudah mengecewakan.

Maju dirasa salah, karena takut pandangan orang lain.
Mundur dirasa salah, karena merasa diri tak berkembang.

Atau mungkin perasaan seperti ini :

Kamu tau kamu salah.
Kamu tau kewajaran hidup jika semua orang pernah salah, pernah mengecewakan orang lain.

Tapi kamu masih menyalahkan terus dirimu.
Terus menerus.

Pernah?
Pernah.

Padahal dunia berjalan seperti itu.
Kecewa dan mengecewakan.

Sifat manusia bukan?

Saatnya memaklumkan.
Jangan menyalahkan diri terlalu keras.

Hey, proses pendewasaan! Salah itu wajar.

Salah? Minta maaf.
Takut? Melangkah dulu.

Kalau tau apa yang dilakukan benar & berdampak baik, untuk apa takut?
Bukankah orang yang berani mengaku salah adalah orang yang paling berani dan beradab?

Kesalahan-kesalahan, luka dari kecewa dan mengecewakan…

Itu yang membuat unik.
Itu yang membentuk.
Itu yang bercerita.

Kesimpulannya?
Hahaha. Jangan bertanya kesimpulan dari orang yang menulis asal ini.

Tanyakan saja pada hatimu :

Mau sampai kapan kamu begini?

————-

Helga Theresia
Tangerang Selatan, 3 Juni 2020

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *