Saat menulis ini, umurku 26 tahun menuju 27 tahun.
Jarang-jarang aku mengungkit “tidak punya pacar” ke ranah publik.
Alasannya?
Karena selama ini aku mem-branding diriku dengan Helga Theresia yang kuat, keren, mandiri, dan tau apa yang dia mau.
Tapi pemikiran ini kadang bermunculan : “kapan punya pacar?”
Seperti layaknya manusia biasa lain, terkadang punya pemikiran aneh yang seharusnya tidak perlu dikhawatirkan…
26 tahun menuju 27 tahun.
Belum punya pacar…
Eh, ralat. Tidak pernah pacaran.
Mendengar statement ini, beberapa orang mengkerutkan dahi.
“Hah? Beneran? Ga pernah sama sekali?”
Iya, ga pernah.
Alasan yang cukup rumit.
Mungkin salah satu alasannya adalah masa lalu penuh keminderan (insecure), merasa tidak cantik karena berbagai macam hal (jujur menjelaskan ini sangat sulit dalam sebuah tulisan ringkas, aku sertakan video singkat tentang rasa insecure-ku saja ya)
Hal-hal inilah yang membuat Helga di masa lalu selalu merasa tidak layak untuk berhubungan dengan laki-laki.
Apakah sama sekali tidak pernah dekat dengan laki-laki?
Pernah. Haha. Pernah.
Di kisah masa lalu, aku pernah dekat dengan seseorang dari kelas 5 SD sampai di masa kuliah pun aku masih suka. Kira-kira 10 tahun aku menyukai orang yang sama.
Kenapa bisa selama itu? Karena menurutku, dengan segala kehancuranku di masa itu, hanya orang ini yang tau seluk beluk Helga, ngeselinnya Helga, dan bisa sabar dengan semua keanehan itu. Jadi, selama 10 tahun, memang agak susah untukku berpaling.
Sampai akhirnya orang tersebut punya pacar. Titik balik yang membuatku punya keputusan untuk tidak lagi menyukainya.
Ada beberapa orang lagi yang kusukai, tapi menyukai temanku.
Sebenarnya banyak laki-laki di sekelilingku, tapi hubungan kami sebatas “teman”.
Mendalami dunia pekerja seni, teman-teman satu pekerjaan/ bertugas adalah laki-laki.
Ada juga yang sudah dekat denganku, jelas-jelas bilang nyaman, hubungan intens,
tapi aku membaca kenyataan dimana dia ragu karena fisikku saat itu.
Saat itu fisikku tidak seperti sekarang, berat badanku kira-kira 70kg, sedangkan orang tersebut seringkali dikelilingi oleh perempuan-perempuan cantik dan berkelas. Malah seringkali perempuan-perempuan ini yang meminta perhatian darinya.
Tapi ga bisa disalahkan sih hehehe. Aku paham semua keraguan itu sekarang. Aku rasa aku juga belum siap dengan diriku saat itu.
Kamu tau, aku seringkali merasa panik jika diajak jalan oleh laki-laki yang mendekatiku.
Pernah ada kejadian dimana orang yang sedang dekat denganku tiba-tiba ingin menghampiriku. Ia menanyakan keberadaanku via telepon. Tentunya aku menolak.
Tapi karena orang ini cukup “gigih”, akhirnya aku mengiyakan.
Setelah menutup percakapan itu, badanku lemas, bagian siku tanganku lemas, pandanganku kabur, aku hampir pingsan saat berjalan.
Kepanikan langsung menyerang dengan cepat. Nafasku berat.
Kejadian panik tidak hanya sekali, beberapa kali, dengan orang & kejadian berbeda-beda.
Jadi…
Aku minta maaf… untuk siapapun itu yang pernah mengajakku jalan, lalu aku membatalkannya di hari tersebut, bahkan H- beberapa jam…
Saat itu aku belum sembuh dengan rasa panik, lemas, takut luar biasa.
(Sekarang pun aku belum tau, ini sudah sembuh atau belum hehehe)
Entah karena rasa insecure berlebihan atau karena pelecehan seksual yang aku alami di masa kecil.
Aku tidak tau. Tapi yang aku tau, aku masih dalam proses untuk menyembuhkan ini semua.
Bukan artinya sama sekali tidak mau diajak jalan…
Malah karena orang-orang yang “kekeuh” mengajakku jalanlah yang selama ini membuatku harus melawan rasa takut itu dan berlatih merasa tenang.
Ribet ya? Hehehehe.
Kadang aku teringat hal ini, membandingkan diriku dengan teman-teman yang sudah pacaran berkali-kali, sudah tunangan, bahkan menikah dan memiliki anak.
Tapi ada masa dimana aku tenang dan sadar penuh.
Tuhan pasti mau memakaiku luar biasa.
Dimana aku diberi waktu oleh Tuhan 26 tahun tidak punya pacar.
Tidak membuang hati dan perasaan sakit tak menentu dengan orang yang tidak Tuhan setujui.
Bisa mengenal, membangun hubungan dengan Tuhan.
Bisa lebih tenang menjalani hidup (yeay hehe).
Bisa mencari identitas dalam Tuhan, supaya aku tidak goyah dengan yang aku harus lakukan dalam hidup.
Bisa lebih mementingkan “apa yang Tuhan pikirkan tentangku” dibanding perkataan orang-orang dunia tentangku.
Kalau ga ada waktu sendiri ini, aku mungkin tidak jadi Helga yang sekarang.
Mungkin aku akan egois, fokus meraup segala keuntungan untuk diri sendiri…
Mungkin tidak akan mengetahui jika “memberi” adalah sebuah kebahagiaan ULTIMATE yang Tuhan berikan untuk Helga merasa penuh, bahkan berlimpah.
Sekian ceritaku….
Aku menulis ini untuk siapapun yang sedang ada di masa “single”.
That’s okay ya kawan.
Rasanya aku pingin peluk siapapun yang sedang di masa ini hahaha.
Sepinya luar biasa ya? Sama hahaha. Tapi gapapa kok. Ini saatnya kita paham betul ga ada manusia manapun yang bisa membuat kita penuh, cuma hubungan dengan Tuhan yang bisa.
(Hehehe duh, nulis ini sambil nahan air mata hahaha)
Seperti tulisanku disini :

Cukup buat dirimu terus berkembang, bertumbuh, melayakkan diri.
Aku yakin pasangan kita juga sedang bertumbuh, melayakkan diri, dan akan menemukan kita sebagai pasangan yang sepadan & berkualitas.
Supaya nantinya “ketika punya pacar/ menikah” …
Hubungan dengan pasangan kita ga hanya untuk kebahagiaan berdua, tapi untuk bisa membahagiakan orang-orang di sekeliling yang merasa terbantu akan kehadiran dua orang berkualitas ini.
Terima kasih sudah membaca. Tuhan memberkatimu 🙂