Skip to content

Berbuah

Malam ini ada yang menggerakkanku menulis tentang hal ini setelah melihat kabar Raditya Oloan, salah satu pastor muda di Indonesia meninggal.

Aku langsung teringat pertama kali aku tau nama Radityo Oloan. Di tahun 2017/ 2018 aku mengetahuinya melalui temanku, Rio Sumantri. Masa dimana aku masih sangat krisis identitas.

Aku lupa tepatnya seperti apa, tapi aku sampai di postingan Raditya Oloan yang mempromosikan Revivo, salah satu platform audio/ podcast yang berisi banyak pelajaran tentang cara melakukan firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.

Karena ingin mendengarkan Raditya Oloan mengajar, aku download aplikasi tersebut. Berujung aku mendengarkan banyak seri pelajaran lainnya, termasuk belajar dari pastor-pastor di JPCC.

Sejak saat itulah aku baru paham… pesan Tuhan ternyata bisa dipelajari dan bisa dipraktekkan dengan sederhana di kehidupan sehari-hari.

Kembali ke Raditya Oloan…
Sosok ini sangat aktif di media sosial berbagi pengajaran tentang pesan Tuhan dengan tidak malu atau ragu. Kamu bisa lihat instagram, tiktok, dan banyak platform lainnya.

Apa hubungannya dengan berbuah?

Hari ini, di hari kematiannya, perasaan ini muncul…
Perasaan yang sama ketika melihat meninggalnya Glenn Fredly.

Aku teringat kembali…
” Ini toh yang artinya berbuah manis…”

Banyak sekali video kata-kata penguatan, pelajaran dari Raditya Oloan yang tersebar dimana-mana dan masih bisa diakses, diputar berulang-ulang, bahkan disimpan.

Yang mungkin saja akan dibutuhkan seseorang yang sedang dalam masa lelah atau terpuruk.

Oh ini toh namanya meninggalkan warisan manis di bumi…
Dimana banyak sekali orang menuliskan rasa kehilangan dan betapa berdampaknya Raditya Oloan di kehidupan mereka.

Oh ini…

Pantas jika rasanya Raditya Oloan aktif sekali, berbagai tempat dicobanya untuk menyebar kebaikan. Padahal pasti rasanya berat sekali untuk aktif dan memberikan diri melayani, mendengarkan banyak orang (terlebih di saat diri sendiri punya masalah yang berat).

Karena tau,
jika hidup harus memenuhi panggilan dan tugas penting berdampak untuk sesama.
Tau hidup di bumi ada waktunya…

Jika paham ini, harusnya sudah cukup membuat kita tidak menyia-nyiakan waktu.

Jadi, kembali pada pertanyaan :
Apakah yang mau ditinggalkan buah yang manis dan bermanfaat baik untuk banyak orang?
Apakah buah yang biasa-biasa saja dan terlupakan?
Ataukah buah yang malah sangat pahit sampai berusaha dilupakan orang?

Pantas…. Aku paham sekarang…

Sampai di hari kematiannya pun, Raditya Oloan masih memberi buah pengajaran manis untukku.

Terima kasih Kak. See you in heaven 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *