Tepat satu minggu lalu aku bertemu Pak Ahok (aku bingung harus memanggilnya Pak, Beliau, atau bagaimana saat menuliskan ini – akhirnya aku putuskan menyebutnya Pak Ahok).
Aku ingin merekam hari itu melalui tulisan ini. Karena banyak sekali hal yang aku pelajari. Aku harap kalian juga bisa belajar.
Hari yang cukup aneh. Harusnya jadwal shooting kami masih beberapa hari lagi. Tapi karena waktu Pak Ahok cukup mepet, akhirnya kami shooting hari itu.
Sekitar Pkl. 12:00, aku, Alex, Michael sudah sampai di lokasi shooting, yaitu rumah Pak Ahok. Kami segera menyiapkan peralatan shooting, menentukan angle kamera, dll. Sambil menunggu Pak Pdt. Albert (host) datang dan Pak Ahok siap untuk wawancara.
Shooting hari itu berjalan lancar. Sesuai dengan janji, Pkl. 14:00 kami mulai rekaman.
Perkiraan kami, shooting berjalan selama satu jam, kemudian Pak Ahok langsung melakukan kegiatannya yang lain.
Ternyata tidak..
Setelah shooting, Tuhan memberi kami kesempatan untuk mendengarkan banyak sekali cerita yang dia sampaikan.
Kapan lagi kami berempat punya waktu bisa mendengarkan sharing Pak Ahok dari dekat dengan waktu yang cukup lama. Tidak perlu antri dan belum tentu kalau ikut seminar kami bisa mendapatkan kesempatan seperti ini.
Pak Ahok cerita banyak hal. Terutama hubungannya dengan Tuhan.
Setiap pagi, dia bangun jam 4 pagi, membaca Alkitab, merenungkannya.
Merenungkan dengan artian setelah membaca salah satu bagian Alkitab tersebut, dia melakukan evaluasi atau refleksi mengenai hal yang dia dapatkan berdasarkan cerita kehidupannya.
Tidak sampai disitu, seperti salah satu ayat Alkitab yang berkata “renungkanlah firman Tuhan siang dan malam.”
Pagi Pak Ahok diisi dengan olahraga keliling komplek rumah sambil merenungkan dan menghafal ayat Alkitab yang dibacanya.
Hal sederhana, tapi jadi kunci kecil yang membawanya ke kesempatan – kesempatan besar dalam hidupnya.
Dengan jelas aku melihat, hal ini yang membuatnya punya integritas, kejujuran, hidup yang berdampak bagi banyak orang.
” Kalau ga kayak gitu (baca firman) saya bisa burn out” kata Pak Ahok.
Benar juga, tekanan untuknya dimana-mana, tapi karena berpegang dengan firman Tuhan dan keyakinan bahwa Roh Tuhan ada di dalam tubuhnya, itu yang membuat dirinya yakin memiliki kekuatan yang luar biasa.
Aku juga mendapatkan tips berdoa dari Pak Ahok.
Aku seringkali punya banyak list orang-orang yang ingin aku doakan, belum lagi aku ingin berdoa untuk diriku sendiri. Karena itu, aku malah seringkali tertidur saat berdoa atau malas berdoa karena list doaku yang terlalu panjang dan memakan waktu sangat lama.
Pak Ahok membagi list doanya di setiap hari.
Contoh : Senin berdoa untuk diri sendiri, Selasa untuk keluarga, Rabu untuk para pemimpin, Kamis untuk Indonesia, begitu pula dengan Jumat, Sabtu, dan Minggu.
Banyak sekali sebenarnya yang aku dapatkan dari pembicaraan siang itu. Tapi dua kunci kecil di atas yang aku rasa banyak orang perlu tau.
Hubungan dengan Tuhan yang erat. Membaca firman Tuhan, merenungkan, dan berdoa.
Kalau hal-hal kecil seperti ini sudah bisa disiplin diterapkan berdasarkan kehausan ingin mencari Tuhan, kecintaan terhadap Tuhan… karakter kita pun lama-kelamaan akan semakin berubah dan semakin tau apa panggilan, tugas kita di dunia ini.
Aku suka sekali ketika Pak Ahok bercerita tentang dirinya yang beberapa kali dipanggil ke gereja untuk menginspirasi, memberikan motivasi kepada anak-anak muda untuk terjun ke politik.
Pak Ahok kurang lebihnya berkata seperti ini :
” Ngapain saya harus menginspirasi anak muda harus terjun ke politik? “
” Baca aja Alkitab. Anak mudanya udah pada baca alkitab, merenungkan Alkitab belum? “
“ Kalau sudah, pasti mereka punya panggilan sendiri untuk tau harus melakukan apa untuk negara ini.”
Sambil berjalan pulang, aku tersenyum dan berpikir
” Ini orang yang dikirimi banyak sekali karangan bunga pas itu kan? “
” Orang-orang banyak yang bersedih karena dirinya masuk penjara. “
Dampakn Pak Ahok untuk negara ini rasanya sangat luar biasa.
Dan itu berlandaskan disiplin kecil yang diterapkannya di dalam hidup, yaitu berpegang erat dan membangun hubungan dengan Tuhan di setiap saat dalam hidupnya.
Pingback: Hal Kecil – HELGA THERESIA
Pingback: #quiettime : Amsal 12:27-28 – HELGA THERESIA