Skip to content

Surat Lamaran Magang NET TV

Hari ini aku buka-buka file di hard disk, menemukan surat lamaran magangku untuk Net TV di tahun 2015.

Saat kuliah tidak pernah ada yang mengajarkan cara membuat surat pengantar magang.

Jadi saat aku melamar magang pertama kali, aku membuatnya seperti cerita pendek penuh curhat. Pantas saja saat itu aku tidak diterima di NET TV.

Tapi pas baca ini, aku mikir… ” Wih tulisan gue di saat itu oke juga ya… “

Lumayan tersusun dengan rapih walau sangat panjang. Ternyata mimpi jadi sutradara sudah ada dari SMA …

Hahaha. Kalau kamu mau lihat, ini tulisan surat pengantar yang lebih bisa dibilang cerita pendek tentang kehidupan SMA dan mimpi jadi sutradara :


30 Desember 2015

Mata saya setengah terbuka dan sebagian tertutup, alias merem melek. Saya hampir tertidur mendengar ocehan Ibu Roro, guru kimia yang berbaik hati mengajar hari ini.

Hari yang terlalu panas membuat suasana semakin mendukung saya untuk memilih tertidur daripada mendengarkan penjelasan mengenai molekul – molekul yang menurut saya sangat membosankan.

Tepat satu minggu saya berada di kelas ini, kelas khusus.


Kelas ini sangat spesial, tapi anehnya saya tidak merasa bahagia ketika mendengar pengumuman bahwa saya menjadi salah satu bagian dari kelas khusus ini.

Teringat kembali guru wali kelas XII saya menyebutkan nama saya dan Ajeng (teman perempuan saya), bahwa kami berdua masuk ke kelas khusus.
Teringat kembali mata seluruh kelas yang menatap ke kami berdua dengan pandangan (yang dari pandangan saya) setengah merendahkan setengah kasihan.

Tidak dapat saya definisikan, tapi pandangan – pandangan tersebut mampu membuat saya dan Ajeng menangis setelah pulang sekolah hari itu.

Kami masuk kelas khusus, kelas yang berisikan 15 orang yang memiliki nilai try out UN 2013 paling rendah dari satu angkatan kelas XII IPA di SMA N 2 Tangerang Selatan saat itu.

Hari pertama bertemu teman – teman dari kelas lain yang masuk kelas tersebut, kami semua merasa sedih, tidak ada semangat apapun dari mata kami. Bel pulang sekolah hari itu adalah penyelamat kami, setidaknya kami bisa segera menangis.

Sebenarnya saya memaklumi hal ini. Saya tahu sebab dan akibat yang terjadi saat itu.

Saya mengaku salah. Salah jurusan, salah passion, tidak ada tujuan, malas, dan terlalu banyak untuk saya sebutkan.

Masa SMA saya diawali dengan perasaan bebas, terlepas dari ketatnya peraturan di salah satu SMP swasta di Tangerang Selatan. Kebebasan tersebut membawa saya kepada kebiasaan tidak baik.

Saya mulai meremehkan pelajaran – pelajaran yang diajarkan, karena melihat guru – guru yang jarang masuk kelas dan terbilang santai. Kemalasan pun sudah pasti menjadi kebiasaan tidak baik saya saat itu.

Hal ini terus berlanjut sampai kelas XI. Ketika penjurusan IPA atau IPS, saya pun dengan asal memilih jurusan IPA, jurusan mayoritas. Padahal saya sangat tahu jika mata pelajaran yang ada di dalamnya mampu membuat saya tertidur dalam sekejap, saking saya tidak tertarik sama sekali. Maka tidak heran kelas XI adalah masa terburuk saya.

Mencontek?
Hal tersebut sudah sangat biasa, terlalu biasa malah di lingkungan siswa-siswi saat itu. Sampai saya pun heran… Apakah tidak ada lagi rasa berdosa?

Saat itu saya merasa, tugas utama saya di sekolah bukan lagi belajar, namun menjadi aktivis sekolah ( saya aktif menjadi bendahara OSIS dan anggota Paskibra Sekolah ) yang harus mengerjakan proker dan membimbing adik kelas saya.

Kembali ke kelas khusus.

Ternyata kelas khusus tersebut tidak menyedihkan seperti hari pertama bergabung di kelas tersebut. 

Satu setengah bulan yang saya habiskan setiap hari bersama 14 orang lainnya, ternyata menjadi pengalaman luar biasa yang mengubah gairah belajar saya.

Berdiri di tempat yang sama, dengan seluruh pandangan teman – teman kami yang mampu membuat kami sedih, membuat semangat belajar kami lebih berkobar daripada teman – teman di kelas biasa.

Kami mulai aktif bertanya kepada guru – guru yang mengajar kami. Rasanya asik, seperti belajar privat.

Ketertinggalan kami selama dua tahun belakangan itu, mampu kami kejar dalam waktu satu setengah bulan. Berdoa dan belajar menjadi kebiasaan kami yang baru.

Target kami bukan lagi “ Yang penting lulus UN lah”,
tapi berubah menjadi “ Nanti gue jadi hakim, lo harus liat ya!” , ”Gue pasti kerja di perfilm-an, lo mau ga jadi aktornya?”, dan masih banyak lagi.

Semua mimpi besar mulai terucap dari bibir kami.

Semangat dan mimpi besar saat itulah yang membawa saya menulis essay ini. Saya sangat memimpikan menjadi seorang sutradara internasional yang dapat mencapai indrustri film di Hollywood.

Oleh karena itu, saya mulai menyusun rencana- rencana untuk mencapai mimpi tersebut.

Magang di indrustri televisi menurut saya adalah rencana yang tepat untuk bisa mendukung cita – cita saya sebagai sutradara. Saya merasa ,membutuhkan banyak pelajaran mengenai praktik di lapangan pada proses produksi.  Maka dari itu, saya ingin sekali bisa mendapat kesempatan untuk magang di bagian produksi ( bagian services di NET. ).

Sebagai seorang pemimpi besar, saya selalu memiliki goals atau tujuan yang harus saya capai. Target tersebutlah yang membuat saya bergerak dan berusaha setiap harinya dan menjadi seseorang yang selalu ingin belajar. 

Saya sangat menikmati ketika saya belajar hal – hal yang berhubungan dengan passion saya ( broadcasting, desain, teater,crafting, dan lain-lain ).

Keinginan belajar banyak hal tersebutlah yang membawa saya mendapatkan pengalaman – pengalaman luar biasa.

Saya tidak menyangka, hasil belajar editing video dan desain secara otodidak melalui Youtube dan internet mengantar saya mendapatkan kepercayaan dan pengalaman luar biasa seperti menjadi Editor di Ikom Channel ( Televisi Kampus di Telkom University ) dan menjadi Koordinator Desain Booth & Souvenir 333 Count Down PON XIX Jawa Barat.

Saya berharap, saya dapat menunjukkan kemampuan saya dan dapat memberi dampak yang positif bagi lingkungan saya.

Kenapa NET. ?
Karena menurut saya, NET. merupakan teladan bagi saya untuk mencapai mimpi besar. NET. hadir dengan mimpi besarnya membawa perubahan bagi pertelevisian Indonesia, dengan konten yang menarik dan mendidik di tengah keadaan konten – konten pertelevisian Indonesia yang cenderung memburuk.

Menurut saya, tidak mudah untuk menjadi alternatif tontonan hiburan yang berbeda dengan tayangan televisi yang sudah ada. Oleh karena itu, saya ingin tahu, apa saja yang dilakukan dan dikerjakan oleh orang – orang yang ada di dalam NET. untuk bisa bekerja sama dan mencapai mimpi besar tersebut .

Saya berharap, setelah mendapatkan kesempatan magang di NET. saya dapat mengetahui bagaimana teknik produksi dapat mempengaruhi emosi penonton, bagaimana menghadirkan konten yang mendidik dan menghibur, apa tayangan yang digemari masyarakat Indonesia dan bagaimana dapat memberikan tayangan yang berkualitas.

Saya juga berharap saya juga bisa belajar cara memimpin team dengan baik melalui pemimpin – pemimpin serta rekan – rekan yang lebih senior dari saya. Karena leadership juga sangat diperlukan ketika saya menjadi seorang sutradara nantinya.

Mungkin mimpi saya terlalu besar dan beberapa orang menganggap hanya khayalan belaka. Namun saya percaya, bahwa mimpi tersebut dapat terwujud.

Saya sangat ingin, nantinya saya dapat menjadi salah satu orang yang dapat memberi dampak positif bagi Indonesia melalui dunia Broadcasting, terutama perfilman.  

Semoga NET. dapat memberi saya kesempatan dan menjadi salah satu tempat belajar yang berharga bagi saya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *