MATIUS 1 : 1-17
Hello! Haiii!
Karena merasa banyak yang belum Helga pahami tentang Mikha dan ujungnya malah jadi malas membaca, menunda. Maka aku putuskan kembali ke Matius 1. Ehehehe. Maklumi yaa.
Membaca kembali perjalanan Tuhan Yesus, yang banyak yang aku tau, tapi cuma tau sekilas-sekilas karena dengar khotbah saja. Sekarang mau benar-benar membaca dan merenung setiap pasalnya.
Ada 2 cerita di Matius 1. Cerita pertama tentang silsilah Tuhan Yesus.
Singkatnya ada jarak 14 generasi dari Abraham ke Daud.
14 generasi dari Daud ke pembuangan Babel.
14 generasi dari pembuangan Babel sampai ke Tuhan Yesus Kristus.
https://www.bible.com/id/bible/27/MAT.1.BIMK
HELGA LEARN
Tuhan Yesus ga lahir dari garis keturunan yang adem ayem, suci, tanpa cela.
Allah merancang Tuhan Yesus lahir dari keturunan Daud. Daud yang bikin salah dengan membunuh Uria dan menikahi Batsyeba (istri Uria).
Lahir dari keturunan Salomo yang memang bijaksana, tapi kalau masa itu dibawa ke masa sekarang, mungkin Salomo bisa saja disebut anak haram.
Tuhan Yesus lahir dari keturunan Yakub yang menipu ayahnya untuk dapat hak kesulungan.
Tapi Tuhan Yesus juga lahir dari keturunan Abraham yang bijak dan taat sama Allah.
Dari keturunan Boas dan Rut. Dimana Rut juga seorang janda yang taat sama Allah, sama mertuanya, punya kesungguhan hati.
Kalau lihat cerita-cerita di alkitab, ga semuanya mulus, suci, senang.
Malah banyak cerita tentang kesalahan, rentan, dan mengeluhnya manusia.
Tapi semua itu dipakai Tuhan.
Kesalahan Daud menikahi Batsyeba juga dipakai sebagai garis keturunan Tuhan Yesus.
Artinya?
Manusia mana yang bisa judge – menghakimi satu dengan yang lainnya tentang apa yang diperbuat seseorang?
Bukannya kesalahan pun Tuhan pakai untuk memuliakan Tuhan?
HELGA CAN DO
Ini sudah dilakukan sebenarnya, tidak mau judge siapapun.
Siapa Helga, apa hak Helga bisa judge orang lain?
Toh Helga juga dulu hancur dan berbuat salah.
Tapi Helga yang sama digerakkan Tuhan menulis renungan-renungan ini.
Eh tapi, bukan artinya aku nulis renungan kayak gini, hidupku udah bener.
Masih banyaaak sekali salahnya.
Aku malah sering kecewa dengan diriku sendiri yang banyak salah.
Pernah juga kecewa dengan orang lain yang menyakiti hati.
Tapi memang ekspektasiku aja yang salah.
Ekspektasi diriku yang selalu bisa menjalankan hidup dengan benar.
Ekspektasi orang lain berbuat baik sama seperti yang aku lakukan ke mereka.
Tapi manusia bisa apa sih? Manusia kan makhluk yang juga berproses.
Aku, kamu, semua punya proses masing-masing.
Dalam proses tersebut banyaaak kesalahan yang kita perbuat supaya belajar dan jadi diri kita yang sekarang.
Jadi jangan pernah ekspektasi sama manusia. Ekspektasi dan fokusnya sama Tuhan aja.
Karena kalau sama Tuhan, 100% apapun itu, salah, gagal, berhasil, Tuhan pasti kasih yang terbaik. (Ini kalau dirimu yakin sama hal ini yaa hehe).
Kalau kita salah, Tuhan dengan sangat senang hati dan nunggu kita say sorry. Itupun langsung diampuni karena saking sayang sama kita.
Kalau ada orang lain salah, ya maafin aja. Tuhan maafin kita, kenapa kita ga mau maafin orang lain?
Malah bukannya kita bisa naik level karena mau belajar memaafkan?
Sulit? Ya iya, tapi kan memang kita diajarin, gimana caranya ga sama kayak dunia ini.
Standard kita lebih tinggi.
Intinya, semua kesalahan diri sekarang / di masa lalu / kesalahan orang lain ke kita pun, Tuhan pakai.
Ga perlu judge siapapun.
Naikkan level diri untuk punya kontrol diri yang baik.
Semakin tenang, bijaksana saat menghadapi hal-hal sesulit apapun.
God bless you 🙂