Skip to content

#quiettime : Matius 6 (2 – part 2)

KAMI bukan SAYA

Hai! I’m back! Hahaha.

Operasi gigiku berjalan lancar, masih bengkak, tapi sudah sangat mendingan sekarang.

Operasi ini sakit, tapi jadi keuntungan juga untukku bisa diam. Setelah selama ini rasanya ga ada satu hari yang bisa bolos dari dicariin orang-orang.

Pas kemarin-kemarin ini masih dicariin juga, tapi aku memutuskan untuk diam dulu, menata hatiku lagi untuk bisa berlari lebih jauh.

Sekian update singkatnya hehehe.


Hari ini kita bahas tentang doa Bapa Kami. Doa yang sering disebutkan, karena ini adalah doa yang langsung Tuhan Yesus ajarkan.

  • Bapa kami yang di sorga,
  • Dikuduskanlah nama-Mu,
  • datanglah Kerajaan-Mu,
  • jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.
  • Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya
  • dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;
  • dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan,
  • tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.
  • [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]

https://www.bible.com/id/bible/306/MAT.6.TB


HELGA LEARN

Seperti yang aku bilang di post renungan sebelumnya. Aku lagi baca buku Maxwell – The Power of Your Leadership.

Di buku ini, Maxwell bilang kalau kepemimpinan itu bukan tentang untuk memenuhi kebutuhan saya – saya – dan saya. Tapi malah untuk memenuhi kebutuhan orang lain, fix masalah yang ada, dan membuat perubahan.

Maxwell sempat mention tentang Doa Bapa Kami. Doa yang Tuhan Yesus ajarkan sedari awal adalah Bapa Kami bukan Bapa Saya.

Jadi memang ketika kita minta sama Tuhan, bukan cuma untuk kepentingan saya-saya- dan saya. Tapi untuk kepentingan bersama.

Secara ga langsung dengan kata “kami” artinya kita juga berdoa untuk orang lain.


Aku rasa Tuhan sangat menjunjung tinggi hubungan sesama manusia dan hubungan ke Tuhan.

Dia ga minta hanya fokus sama Tuhan dan menjauhi sesama

Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu.

Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.

Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

-Matius 22 : 37-38

Di akhir doa Bapa Kami dalam Terjemahan Sederhana Indonesia ini pun ada tulisan seperti ini :

Doa itu menunjukkan pentingnya kamu memaafkan orang-orang yang bersalah kepadamu. Karena kalau kamu memaafkan mereka, Bapamu yang di surga juga akan mengampunimu.

Tetapi kalau kamu tidak memaafkan orang yang bersalah kepadamu, Bapamu yang di surga juga tidak akan mengampuni dosa-dosamu.

Tuhan pingin hubungan kita dengan orang lain baik. Mengampuni di setiap saatnya, bagaimanapun keadaan/ sakitnya.

Dengan mengampuni orang lain, Tuhan juga mengampuni kita.

Well, manusia mana yang ga pernah bikin salah/ menyakiti orang lain? Kita juga sering bikin salah.


HELGA CAN DO

Banyak dan sudah tertulis di atas.

Aku merasa beruntung beberapa kali Tuhan percayakan aku menjadi pemimpin di beberapa tempat.

Semakin kesini, aku juga makin memaknai kalau jadi pemimpin itu soal melayani, bukan jabatan tinggi yang mendapat sanjungan dan hormat.

Bahkan jadi orang yang paling tidak egois di antara semua orang, yang paling banyak berkorban.

Hubungannya sama Doa Bapa Kami?

Kata “kami” yang bikin aku merenung. KAMI bukan AKU.

Ya…. aku jadi mikir… menguatkan hatiku terus untuk mampu mengutamakan kepentingan bersama daripada diriku sendiri.

Karena aku percaya, aku dilahirkan menjadi pemimpin. Orang yang membawa perubahan. Tuhan sendiri yang bilang kalau kita semua ini jadi kepala dan bukan ekor.

Aku harus siap melatih diriku terus menerus untuk punya hati melayani.


By the way, hal-hal yang diminta ke Tuhan dalam doa tersebut juga hal-hal sederhana…

  • Kehendak Tuhan
  • Makanan cukup
  • Pengampunan
  • Jauhkan dari yang jahat.

I don’t know. Rasanya pembahasan hari ini berputar-putar…

Tapi rasanya juga Tuhan pingin aku ngelakuin hal-hal yang sederhana saja seperti yang di atas.

Supaya hidupku juga terasa bebas, tanpa beban di hati, dan ringan…

Aku ga perlu menuntut terlalu banyak jika paham “kehendak Tuhan” yang jadi.

Just do my part, and God will do His part.

Aku ga perlu minta uang yang banyak sekali untuk memenuhi kebutuhan sandang, papan, panganku….

Karena terbukti, aku bisa makan sayur-sayuran yang sehat dengan harga murah, dan secukupnya saja.

Dengan mengampuni orang lain, hatiku juga lega. Ga ada beban di dalam hati dan ngerasa bebas.

Jadi memang yang simple aja yang diminta ke Tuhan.

Mintanya juga bukan karena kepentingan aku-aku-aku. Tapi untuk kepentingan bersama juga.

Hahaha. Nyambung ga sih ini?

Gapapa deh, nyambung atau ga nyambung, tapi ini yang aku dapet di hari ini.

Terima kasiiih sudah membaca 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *