Skip to content

#quiettime : Matius 12 (1)

EMPATI

Hai, apa kabar kalian?

Kabarku sedang seperti roller coaster hehehe.

Kemarin aku mau renungan pagi, aku sudah membaca, tapi entah kenapa rasanya sulit sekali untuk menulis, sampai akhirnya tiba waktunya olahraga, aku tidak jadi menulis.

Tapi memang Tuhan itu keren, selalu keren. Dia malah menegur, mengingatkan, memberi pelajaran pas aku olahraga.

Ingat hari Minggu kemarin aku merenungkan tentang Markus 9 & 10?

Di hari Minggu, aku jadi juru bahasa isyarat di GKI Pondok Indah, khotbahnya diambil dari Markus 10, tentang iman Bartimeus, pengemis yang buta.

Aku sampai heran, kok bisa sama bacaan renunganku sama khotbah di GKI PI? Pas banget aku yang jadi juru bahasa untuk khotbah.

Menjurubahasakan sambil di akhir menahan tangis karena khotbahnya bicara tentang beriman tanpa melihat, tanpa tau apa yang akan terjadi nanti.

Karena hari Mingguku padat, aku ga sempat untuk ibadah online JPCC. Aku berencana dengar di hari Senin pagi, tapi karena sedang down, kutunda, akhirnya aku dengarkan saat olahraga.

Aku olahraga sambil dengerin khotbah Ps. Jose dan ternyata yang dibahas persis sama dengan renungan pagiku di hari Minggu, tentang kepemimpinan, pelayanan, dan dari ayat yang persis sama, dari Markus 9 & 10.

Bahkan ayat lain yang aku kutip buat renungan Minggu kemarin, tentang menjadi kepala dan bukan ekor, akan terus naik bukan turun (Ulangan 28:13) pun diucapkan Ps. Jose.

Di tengah olahraga, aku sampai berhenti karena menangis.

Semua pesan rasanya tepat kena sasaran.

Selesai olahraga, aku langsung duduk, mengulang dengerin khotbahnya, ambil kertas, pulpen, mencatat semuanya. Aku ingin selalu ingat pelajaran ini.

Aku merasa ditegur, diingatkan Tuhan berkali-kali tentang kepemimpinan dan melayani, bahkan di hari ini.

Bacaan hari ini yang akan kalian lihat pun tentang kepemimpinan dan pelayanan.

Hari Sabat tidak memperbolehkan seorangpun untuk melakukan apapun dan bekerja, tapi saat itu Tuhan Yesus memperbolehkan murid-murid-Nya memetik gandum dan memakannya karena lapar.

Nah orang-orang Farisi nanya, kenapa murid-murid Yesus boleh melanggar hari Sabat? Kan dalam aturan agama, ga boleh seperti itu?

Bisa kalian baca lengkapnya di link alkitab yang aku taruh di bawah, tapi jawaban Tuhan yang mengena di hatiku (dan pernah juga aku renungkan di tulisan yang lalu

Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan,

tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.”

‘ Daripada memberi banyak kurban hewan kepada-Ku,

Aku ingin kalian menunjukkan belas kasihan kepada orang lain. Kalau kalian mengerti maksud ayat ini, tentu kalian tidak akan menyalahkan murid-murid-Ku yang tidak bersalah

https://my.bible.com/id/bible/306/MAT.12.TB?parallel=27


HELGA LEARN

Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan,

Aku kayaknya pernah bahas pas Tuhan Yesus ngomongin ini juga.

Saat itu kalau tidak salah aku menulis tentang “persembahan” seperti hasil akhir yang bagus banget. Tapi kadang menuju hasil yang bagus itu, malah bisa melukai perasaan beberapa orang di sekitar.

Kalau hari ini, aku belajar punya rasa empati.

Masih berkaitan dengan khotbah Ps. Jose kemarin, yang sempat mention perkataan John C. Maxwell (emang bapak penulis ini favoritku banget) :

Biasakan kepala kita dipenuhi dengan memikirkan orang lain, kebutuhan orang lain.

Seringkali saat memimpin, kita punya visi besar, bagus, kelihatan keren dan sempurna. Tapi lupa kalau visi tersebut mungkin saja untuk memenuhi ego pribadi.

Supaya diri si pemimpin terlihat keren, hebat, akan lebih terkenal, dan lain-lain.

Akhirnya, bisa jadi kepemimpinan tersebut mendominasi orang lain, memaksakan orang-orang yang dipimpin mengikuti dan berjalan seperti apa yang kita mau atau suruh.

Tanpa peduli apakah orang yang kita pimpin hidupnya berkembang lebih baik atau tidak.

Kalau lihat contoh Tuhan Yesus dalam memimpin (yang dalam waktu singkat, tapi efektif dan berdampak sampai sekarang) ,

kepemimpinan itu soal melayani, melayani adalah soal memenuhi kebutuhan orang lain dari kekuatan kita.

Dalam kata lain, kepemimpinan adalah memenuhi kebutuhan orang-orang yang kita pimpin.

Konsep yang sangat bertolak belakang dari kebiasaan dunia, dimana jabatan, kekuasaan, adalah kesempatan besar untuk bisa memenuhi kepentingan pribadi, kepuasan diri, kenyamanan hidup.

Tuhan Yesus malah memimpin dengan rasa empati, dengan melihat dari sudut pandang kita yang punya kelemahan, punya cara sendiri untuk memenuhi kebutuhan kita, yaitu menguatkan kita.

Malah perlakuan seperti itu, punya empati, melayani, itu yang menginspirasi orang lain untuk berbuat kebaikan yang sama.

Di versi Amplified Bible, ada tulisan ini :

And if you had only known what this statement means,

I desire compassion [for those in distress], 

more than.and not [animal] sacrifice,’ you would not have condemned the innocent.

For those in distress (tekanan). Tuhan tau orang-orang yang dipimpinnya (murid-murid ataupun kita), punya tekanan hidup kita masing-masing.

That’s why, sebagai pemimpin yang sungguh amat baik, Dia sangat bijak. Mau menerima segala keadaan kita.

Hal-hal yang dianggap salah oleh dunia, Tuhan punya kuasa dan pertimbangannya sendiri untuk menyatakan hal itu salah atau benar.

*bahkan kesalahan kita pun bisa Dia pakai buat rencana-Nya (makanya Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu dan ga pernah berhenti bekerja).

Jadi, sebagai manusia, kita memang ga ada hak-nya menyatakan seseorang berdosa, bersalah di hadapan Tuhan atau tidak.


HELGA CAN DO

Karena khotbah Ps. Jose kemarin tentang kepemimpinan, pelayanan, rasanya masih tepat aku hubungkan kesini.

Saat ini aku rasanya sedang dapet pengajaran/ teori dan langsung bisa praktek dengan teater yang sedang aku bikin bersama teman-teman Tuliku.

Kemarin aku rasanya mendapat revelation yang sampai aku sudah ulang khotbahnya, menulisnya sambil menangis.

Ingat cerita tentang ada empat orang membawa temannya yang lumpuh ke atas atap rumah tempat Yesus sedang mengajar?

Saking penuhnya rumah itu, orang-orang mau dengerin Yesus, empat orang ini nekad banget buka atap rumah itu, dan nurunin temannya yang lumpuh itu dari atap, supaya bisa disembuhin Tuhan Yesus.

Aku akan copy catatan tanganku pas dengerin khotbah ini kesini :

Seperti empat orang teman itu yang melakukan segala sesuatu untuk MEMBERDAYAKAN (bukan memanfaatkan) teman mereka yang lumpuh…

Hatiku berkata : Helga juga harus dengan semangat melakukan segala sesuatu untuk memberdayakan teman-teman Tuli.

Di akhir cerita ini, orang lumpuh tersebut bisa berjalan, isi ayatnya begini (Markus 2:12) :

Dan orang itu pun bangun

(Hatiku berkata : teman-teman Tuli di Indonesia akan BANGKIT),

segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu,

sehingga mereka semua takjub

(Hatiku berkata : orang-orang yang percaya/ belum percaya Tuhan Yesus)

Lalu MEMULIAKAN ALLAH, katanya : “yang begini belum pernah kita lihat”.

(Hatiku berkata : belum pernah ada yang lihat teater musikal Tuli).

Dan pujian “yang begini nih belum pernah kita lihat” ga akan datang kalau tidak ada empat orang teman yang bersedia berkorban

(Hatiku berkata : Mungkin that’s your time Gha, untuk berkorban, saat ini ga punya pekerjaan yang tetap, uang secukupnya, tapi jadi bisa lebih banyak waktu untuk ngerjain teater ini – dengan maksimal ).


Aku juga menambahkan tulisan ini – dari diriku sendiri :

We don’t have limit, as long as we do what God wants us to do in this world.


Tulisan kali ini rasanya tidak begitu nyambung satu sama lain.

Aku hanya merasakan belas kasih Tuhan dalam kepemimpinan-Nya

Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan,

Empati, mementingkan keadaan orang lain di atas kepentingannya sendiri, rela berkorban.

Aku sampai sekarang cuma bisa geleng-geleng kepala.

Karena bagiku, itu sangat berat. Belum lagi rasanya diri sendiri masih banyak salah, menunda, ga mau taat, pergulatan batin aja masih belum beres.

Tapi sudah diminta Tuhan melayani… diminta Tuhan berempati… diminta mementingkan orang lain.

Sulit… tapi bukan berarti ga bisa. Malah karena itu kita butuh Tuhan.

Butuh Tuhan yang memberi kita pemikiran, pengetahuan, kekuatan yang di luar akal manusia, ga masuk logika tapi ternyata bisa kita lakukan dengan tenang.


Sebelum dengar khotbah ini, aku sedang benar-benar di keadaan turbulensi, dari segi diri sendiri, masa lalu, masa depan, mempengaruhi fisikku sedang lelah tambah lelah, HP ku juga mendadak rusak, dll.

Tapi ajaibnya memang aku bisa dikatakan tenang menghadapinya, aku ga marah dan protes ke Tuhan.

Cuma sedih aja, dan mempertanyakan diriku sendiri …

” Apa sebenarnya keputusanku salah? Apa sebenarnya aku salah menolak kesempatan yang datang padaku selama ini? Tawaran kerja yang jujur keren-keren sekali, tapi aku tolak karena aku merasa kalau aku terima, orientasiku di tempat-tempat tersebut hanya uang – bukan karena aku ingin berkarya disana. Atau itu hanya pembenaran dan pembelaan diriku saja karena malas, ga mau bekerja? Apa aku egois? Terlalu naif?”

Hal-hal seperti itu menambah turbulensi yang ada….

Tapi… kata-kata Ps. Jose yang kemarin menusuk hatiku :

Kalau kamu melayani dengan baik

(dengan maksimal, dengan excellent, apapun posisi kamu sekarang)

( ga ada lagi kata-kata “ah aku kan cuma ini… aku kan cuma melayani… aku kan belum punya jabatan/ posisi penting…”malah di saat melayanilah, perlakuan kita dilihat),

cause it’s matter of time (tinggal tunggu waktunya)

jubah dan mahkota akan datang ke kehidupan kita dan Tuhan akan percayakan kita, perkara yang lebih besar.

Karena Tuhan ingin kita (anak-anak Raja di atas segala raja) menjadi TERANG,

yang dilihat dunia, semua orang akan melihat perbuatan kita yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga.

*plus, ga ada hal yang remeh dan kecil, malah perbuatan baik dan kecil lah yang mungkin bisa mengubahkan perjalanan hidup orang lain menjadi lebih baik.

Amin. Sekian tulisan puanjaaaaangku hari ini hahaha.

I love you, God bless you

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *