Memberi dalam Kekurangan
Hai semua, selamat pagi dan selamat menjalani harimu ya.
Hari ini aku telat bangun, tubuhku agak lelah karena akhir-akhir ini kegiatanku full.
Tapi aku bersyukur juga punya kegiatan yang produktif dan aku rasa semua kegiatanku ini punya nilai yang baik dan aku lakukan dengan ringan hati tanpa menggerutu.
Istilah kerennya “aku memilih stress yang tepat.” 🙂
Hari ini aku ingin melanjutkan pasal selanjutnya dari Markus yang sedang aku baca dan aku pilih salah satu kisahnya.
Kisah yang aku pilih adalah tentang persembahan seorang janda miskin, ia memberikan persembahan dari semua yang dia punya, dimana banyak orang-orang kaya yang memberi persembahan dalam jumlah besar.
Tuhan Yesus berkata seperti ini pas lihat janda miskin ini memberi persembahan :
”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.
Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya,
semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.”
HELGA LEARN
Sejujurnya, aku menghindari sekali membahas ini, aku ingin memilih cerita lain di pasal ini, misalnya tentang mengasihi Tuhan dan sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri.
Tapi diri ini pas baca cerita ini sambil berkaca-kaca.
Jadilah aku pilih ini, aku yakin cerita yang aku bahas ini akan keluar dari hatiku yang paling dalam.
Kisah seperti ini juga rasanya akan menunjukkan hal lemah dariku, bahkan banyak orang (termasuk diriku) menghindari membahas ini secara terbuka, karena tentang keuangan.
Dan secara tidak kebetulan, di DATE JPCC Pamulang 2 di hari Sabtu lalu, sempat membahas tentang finansial. Freddy sharing tentang seminar yang diikutinya, ada pertanyaan
” Jika kamu investasi, sebenarnya apakah itu berdasarkan ketakutan akan masa depan kalau Tuhan tidak mencukupkan kebutuhanmu?”
(kira-kira begini pertanyaannya, aku agak lupa lengkapnya hehe).
Di komunitas Clay hari Senin lalu, Kak Yosi juga membahas tentang dirinya yang pernah ada di posisi cuma punya Rp. 38.000,- di rekeningnya dan tetap Tuhan pelihara kehidupannya.
HELGA CAN DO
Aku hidup di keluarga yang biasa saja, tidak kaya berlimpah-limpah atau sangat berkekurangan. Kami hidup dengan cukup.
Kami pernah ada di masa krisis ekonomi di sekitar tahun 2013 – 2019.
Hal ini juga yang menjadi salah satu pemicu Helga, ketika ada tawaran bekerja sebelum lulus kuliah, memutuskan langsung bekerja di tahun 2017.
Aku pikir, yang penting aku bisa menghidupi diriku sendiri tanpa minta apapun ke orang tuaku.
Sampai akhirnya keadaan ekonomi kami pulih di 2019.
Setelah mama kecelakaan hebat, tulang rusuknya patah, Tuhan izinkan rumah kost kami yang di Medan bisa terjual.
Makanya di saat pandemi ini, sejujurnya kami hidup dengan cukup tenang. Dengan uang yang ada, kami hidup secukupnya.
Karena keadaan ekonomi keluarga yang sudah cukup tenang, ada mimpi-mimpiku yang mau aku raih, mama dan papa juga sudah sangat khawatir dengan keadaanku yang bekerja pulangnya bisa sampai rumah di jam 1 malam atau nginep di kantor, dan masih banyak alasan lainnya…
Akhirnya aku memutuskan resign di tahun 2020, tepat sebelum pandemi. Tidak pernah terbayang jika setelah aku resign langsung ada pandemi.
Setelah resign, aku cukup semangat karena banyak sekali journey yang akan aku jalani.
Tapi ternyata ini jadi salah satu benturan-benturan keras dalam hidupku. Seperti layaknya tanah liat, aku rasanya dihancurkan, dibentuk, dibakar, dibentuk berulang-ulang, dan habis-habisan sama Tuhan.
Salah satunya dalam segi finansial.
Aku yang selama ini merasa aman setiap bulan bisa mendapatkan gaji sebagai karyawan, bahkan tambahan bonus. Sekarang harus bisa membagi uangku dengan sangat amat bijak.
Karena project yang datang tidak menentu. Kadang bisa datang satu project dengan jumlah bayaran yang besar, kadang project dengan jumlah yang sangat kecil, bahkan tidak berbayar.
Karena semenjak aku resign, aku berprinsip untuk mengambil pekerjaan yang benar-benar aku rasa perlu aku kerjakan, bukan hanya sekedar ingin uang atau jabatan.
Seperti kamu tau, tahun lalu ketika awal pandemi, aku juga memutuskan untuk komitmen mulai menjadi juru bahasa isyarat di gereja.
Setiap minggunya, aku harus bolak balik Serpong – Pondok Indah (karena gereja tersebut siap dan sudah melakukan deaf awareness).
Minimal dalam seminggu aku harus menyediakan Rp. 100.000,- untuk ongkos.
Paling tidak dalam sebulan Rp. 400.000,- harus aku sediakan, dalam kondisi aku juga tidak bekerja tetap.
Walau ada rasa ga enak, tapi aku bersyukur papaku juga tetap berusaha bisa mengantar aku untuk bolak balik test swab, dan setidaknya mengantar aku di Minggu pagi untuk bertugas,
jadi biaya yang aku keluarkan tidak selalu Rp. 400.000,- per bulannya.
Aku menyebutkan angka nominal di atas, bukan karena hitung-hitungan dengan yang aku keluarkan selama ini.
Tapi hanya ingin kamu tau… kalau sampai saat ini, dengan pas-pas an nya Helga, Helga masih Tuhan cukupkan. Malah berlimpah.
Ada masa aku marah sama Tuhan, aku sama sekali ga punya uang, aku bingung harus pergi bertugas pakai uang darimana.
Aku ga mau minta sama orang tuaku. Karena jujur, aku paling gengsi, paling ga mau untuk minta sama orang tua.
Sulit sekali bagiku menerima bantuan dari orang lain, bahkan dari orang tuaku.
Aku bilang sama Tuhan
“Tuhan, gue ga ngerti lagi deh, terserah-Mu. Aku udah ga ada uang lagi buat pergi ke gereja (buat tugas juru bahasa isyarat).”
Kamu tau?
Sorenya aku dapet kabar kalau aku dapat bayaran dari bertugas juru bahasa isyarat di tempat lain.
Padahal aku kira aku hanya volunteer, aku hanya kerjakan tugas itu dengan sukarela, dan ga dapat bayaran pun gapapa bagiku.
Kenapa aku ceritakan ini?
Aku merasa teringat ini saja saat membaca kisah si janda miskin.
Aku merasa di saat ini, aku tau keluargaku hidup cukup.
Tapi untuk diriku pribadi, aku ketakutan tidak punya uang yang cukup, belum lagi untuk persiapan masa depanku, dll.
Aku merasa seperti memberi dari kekuranganku dari segi finansial.
Tapi sebenarnya, dari segi lainnya, seperti kemampuanku menulis, bikin video, film, teater, juru bahasa isyarat, waktu, tenaga, aku sangat berlimpah dan berkembang.
Aku bisa memberi kepada Tuhan dari kelimpahanku di sisi tersebut.
Walaupun dari segi finansial, rasanya tidak berkembang begitu baik, tapi dari banyak sekali sisi hidupku yang lain, aku sangat berkembang pesat.
Janda miskin ini memasukkan hanya dua logam. Tetapi sesungguhnya, ia memberi lebih banyak daripada semua orang kaya.
Orang-orang itu memberikan persembahan dari kelebihannya, tetapi janda miskin itu memberikan semua uang yang dimilikinya.
Semua uang yang ia perlukan untuk biaya hidupnya.”
“Semua uang yang ia perlukan untuk biaya hidupnya.” Aku membacanya sambil tersenyum berkaca-kaca.
I know, uang di tanganku, di rekeningku saat ini sangat secukupnya saja. Malah ga sekali dua kali minus.
Kadang aku juga terjebak dengan penyalahan diri karena menolak tawaran-tawaran kerja dari tempat yang keren-keren, aku tau aku akan stabil secara finansial di tempat-tempat tersebut, tidak seperti saat ini.
Tapi seperti kata Kak Yosi, itu hanya yang aku lihat saat ini.
Tapi kalau dari penglihatan Tuhan, jumlahnya tidak seperti itu, berkat untukku jumlahnya tak terhitung banyaknya.
Helga saat ini sedang dipersiapkan Tuhan untuk bisa tetap rendah hati, bisa mengatur uang, di segala musim kehidupannya.
Bisa tetap memberikan yang terbaik, baik sedang di posisi bawah maupun atas.
Supaya jika dipercayakan dalam jumlah yang besar,
Helga ga akan pernah lupa kalau berkat dari Tuhan adalah berkat yang harus disalurkan ke orang lain.
Bukan berkat yang di keep sendirian dan untuk kepentingan pribadi.
Aku diingatkan kalau dari kemampuan Helga yang saat ini, apapun yang Helga punya saat ini, bisa diberikan kepada orang-orang, organisasi, gereja, teman yang membutuhkan,
Tetapi sesungguhnya, ia memberi lebih banyak daripada semua orang kaya.
Tanpa kamu sadari, kamu memberi jauh lebih banyak kok Gha.
Lagian Bapa di surga adalah Bapa yang kaya, Dia sanggup memberikan apapun kepada kita.
Tapi sengaja tidak diberikan secara “brek” langsung banyak.
Supaya Helga belajar, karakter Helga dibentuk, semakin punya relationship sama Tuhan dan bergantung terus sama Tuhan.
Helga sendiri kan yang tahun 2019 minta Tuhan kasih tau tujuan hidup Helga?
Ini Tuhan lagi kasih tau kok Gha, ini kamu lagi di perjalanan mengetahui hal itu 🙂
So, don’t worry ya Helga, don’t worry ya kawan-kawan…
Aku tidak tau aku pantas atau tidak menenangkan kalian di saat aku sendiripun tidak tenang…
Tapi aku yakin dan percaya, selama kita melakukan apa yang Tuhan kehendaki, apa yang Tuhan panggil kita lakukan di hidup ini,
Tuhan pasti akan selalu mencukupkan segala kebutuhan kita.
Dia selalu mendengar keinginan hati kita, seremeh apapun itu bagi kita.
Sekian. Hahaha. Ceritanya panjang dan kemana-mana ya?
Tapi semoga bisa memberkatimu ya. I love you 🙂

Terjemahan Baru dan Bahasa Indonesia Masa Kini
https://my.bible.com/id/bible/306/MRK.12.TB?parallel=27
Alkitab Mudah Dibaca dan Firman Allah Yang Hidup
https://my.bible.com/id/bible/2977/MRK.12.AMD?parallel=2727
Amplified Bible dan Contemporary English Version
https://my.bible.com/id/bible/1588/MRK.12.AMP?parallel=392
The Message Bible dan New Revised Standard Version
https://my.bible.com/id/bible/97/MRK.12.MSG?parallel=2016
New Living Translation dan Terjemahan Sederhana Indonesia