You’re Gonna Be Okay.
It’s okay. I still see the light in you.
Halo kawan. Apa kabarmu?
Semoga dalam keadaan baik.
Keadaanku masih ngawang, antara tidak baik dan baik.
Tidak baik karena aku masih belum bisa mengontrol makananku menjelang malam hari.
Aku rasa ada bagian diri Helga di masa lalu yang datang. Ketika mulai ada tekanan datang, mulai lari ke makanan untuk reward diri.
Dimana itu malah jadi blunder. Karena aku tau, makananku sangat mempengaruhi mood-ku.
Keadaan badan yang tidak bugar juga mempengaruhi perform kerjaku.
Tapi setidaknya sudah ada hal yang lebih baik, aku lebih bisa menahan diri sedikit hari ini.
Aku baru saja menutup halaman editing first cut-ku untuk teater musikal Tuli eps. 1

Terlalu banyak update sepertinya hahaha. Mari kita masuk ke dalam renungannya ya.
Hari ini Tuhan memberikan perumpamaan tentang biji sesawi.
Karena isinya sangat singkat, aku masukkan saja disini ya :
“Kerajaan Allah ibarat biji sawi yang diambil seseorang dan ditanam di ladangnya.
Biarpun biji tanaman itu paling kecil di dunia, tetapi sesudah tumbuh, biji itu akan menjadi tumbuhan yang paling besar di kebun.
Bahkan bisa menjadi pohon yang cukup besar sehingga burung-burung datang berlindung dan bersarang pada cabang-cabangnya.”
HELGA LEARN
Aku suka catatan kecil dari Terjemahan Sederhana Indonesia :
Biji sawi Jenis tanaman sawi (atau sesawi) di Israel tidak sama dengan sawi yang dikenal di Indonesia.
Seperti kata ayat 32, sawi di Israel bisa “menjadi besar seperti pohon, dan burung-burung bisa bersarang di cabang-cabangnya.”
Inti perumpamaan ini adalah bahwa sesuatu yang dimulai dari sangat kecil akan bertumbuh hingga menjadi sangat besar.
Hal itulah yang disamakan dengan kerajaan Allah.
HELGA CAN DO
Inti perumpamaan ini adalah bahwa sesuatu yang dimulai dari sangat kecil akan bertumbuh hingga menjadi sangat besar.
Hari ini bisa dibilang, dengan keadaanku yang ngawang, mood-ku yang tidak baik, tapi rasanya padat sekali hal yang harus aku kerjakan, ada suara di kepalaku yang berkata :
” Kayaknya orang yang paling butuh bantuan adalah lo sendiri Gha. Bukan malah bantu orang lain.”
Aku lama terdiam, kemudian berpikir, terlalu banyak yang kupikirkan, sampai akhirnya menutup mata dan setengah tertidur.
Rasanya semua tidak pasti, aku ga bisa melihat ujung semua yang aku kerjakan ini.
Padahal baru hari Minggu kemarin aku puas dengan shooting-ku yang berjalan lancar, merasa diberkati sekali, Tuhan benar-benar bekerja.
Tapi kenapa perasaan seperti ini tiba-tiba datang lagi?
Kemudian lagu ini ke play :
dan liriknya begini :
It’s okay to feel your feelings
You don’t have to hurry through
And it’s okay, it’s okay to cry, you’re healing
Cause when you cry, I cry too
I can see the light in you, yeah
I can see the light in you, oh
Even if it’s dark to you, oh
Oh, I can see the light in you
The light
Rasanya lagu ini seperti Tuhan yang ngomong sama Helga…
“It’s okay…”
“I can see the light in you, Helga“
“and you’re gonna be okay”.
“It feels heavy, but you’re gonna be okay. It’s okay.“
Kembali ke perenungan bacaanku di atas…
sesuatu yang dimulai dari sangat kecil akan bertumbuh hingga menjadi sangat besar.
Aku merasa saat ini aku melakukan hal-hal yang mungkin kecil, ga ada banyak orang yang mengenalku, rasanya aku pun ga sanggup untuk memulai hal-hal kecil ini…
Tapi… janji Tuhan adalah semua dimulai dari hal-hal yang kecil dulu. Hal kecil inilah yang menjadi besar.
Apalagi kalau yang ditanam adalah benih kebenaran, benih kebaikan. Bukan tidak mungkin akan menjadi besar seperti pohon.
Akan menjadi tempat berlindung dan akan ada orang-orang lain yang datang membutuhkan tempat jawaban dan bersarang disitu.
Aku yakin, bukan kebetulan juga malam ini aku membuka catatan di bukuku, dan tertulis ini :

Catatan ini cukup menjadi jawaban untukku kelelahanku saat ini.
Pemikiranku yang penuh dan merasa semuanya terbatas, merasa tidak mungkin…
Semuanya mungkin kalau Helga berpartner sama Tuhan.
You can do this Helga.
Mari setia akan hal-hal kecil, kesempatan apapun di tanganmu.
Ayo setia, ayo taat.
Kamu bisa 🙂
Terjemahan Baru dan Bahasa Indonesia Masa Kini