TULI
Haiiii!
Hari yang baik karena hari ini aku akan kembali dari hiatusku di socmed. Sebenarnya udah buka socmed dari beberapa hari lalu, tapi memang tidak post apa-apa saja.
Karena sudah masuk masa promosi untuk teater musikal Tuliku, jadi marilah kita kembali dari masa hiatus ini hehehe.
Kemarin hari yang menyenangkan dan penuh.
Aku screening film-ku yang berjudul “Karsih”. Filmku diputar di komunitas lansia di Jember.
Seneng banget ngeliat para kakek nenek, ibu-ibu, bapak-bapak nonton, diskusi, sampai dicatat filmnya (kalau ga ngerti, mereka nanya berdasarkan catatan mereka).
Seseneng itu ngeliat mereka nyatet film-ku, itu artinya mereka bener-bener merhatiin dengan seksama. Lucu banget.
Ada juga anak kelas tiga SD yang nonton, dia kasih pendapat dia tentang film-ku.
Padahal jujur, aku merasa film-ku biasa aja. Malah kayaknya kalau di mata filmmaker, salah satu film yang kayaknya fail.
Tapi pas diputar ke masyarakat… ternyata bisa bikin diskusi yang panjang dan bisa memetik nasihat dari situ.
Seneng banget!
Salah satu ibu yang bertanya dan mencatat 🙂
Ada bapak yang menulis juga pendapatnya soal film-ku :
http://www.pilarjatim.com/2021/11/nobar-karsih-di-kalisat.html#.YZ-f8gGE0EE.whatsapp
Aku menyadari… aku masih seringkali menganggap remeh diriku sendiri.
Gambar diriku belum sepenuhnya pulih.
Ketika Tuhan bawa aku ke hadapan orang-orang yang menyaksikan karyaku, berdiskusi seperti ini… aku baru tau… ga ada yang kecil bagi Tuhan.
Bahkan dengan nonton film 16 menit pun bisa menjadi dampak untuk orang lain.
Ahh! CINTA BANGET!
Maafkan malah kebanyakan update hahaha. Let’s go renungaan.
Hari ini bacaan dan pembahasanku sederhana.
Ingat perumpamaan kisah benih yang baik yang ditabur di ladang?
Kemudian musuh si petani datang, menabur benih lalang/ semak duri , jadinya si gandum harus tumbuh bareng si lalang/ semak duri.
Kalau ga inget, aku sudah membahasnya di renungan sebelumnya, kamu bisa klik disini :
https://www.helgatheresia.com/2021/11/16/quiettime-matius-13-4/
Disini Tuhan menjelaskan arti dari perumpamaan tersebut, yaitu :
Sama seperti dalam perumpamaan itu semak duri dipisahkan dan dibakar, demikian jugalah akan terjadi pada akhir dunia ini.
Aku akan mengutus malaikat-malaikat-Ku dan mereka akan menyingkirkan setiap cobaan dan setiap orang yang jahat dari Kerajaan Surga, dan melemparkan mereka ke dalam dapur api.
Kelak akan terdengar tangisan dan kertakan gigi.
Pada waktu itulah orang yang saleh akan bersinar seperti matahari di dalam Kerajaan Bapa mereka.
Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan!
HELGA LEARN
Aku senang dengan kata-kata Tuhan
Pada waktu itulah orang yang saleh akan bersinar seperti matahari di dalam Kerajaan Bapa mereka.
Kalau di versi Bahasa Indonesia Masa Kini tertulis :
Dan orang-orang yang melakukan kehendak Allah akan bersinar seperti matahari di dalam Dunia Baru Allah, Bapa mereka.
Tapi yang mau aku bahas dan highlight adalah kata-kata Tuhan yang ini :
Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan!
Agak bingung sama kalimat ini, karena kepikiran juga sama teman-teman yang Tuli.
Mereka punya telinga, tapi tidak bisa mendengar. Jadi gimana?
Aku teringat khotbah dari Pdt. Juan Mogi yang pernah bahas hal ini.
Dia bilang, kalau kemungkinan maksud Tuhan adalah karena seringkali kita mendengarkan tapi tidak benar-benar mendengarkan dengan hati, menyerap kata-kata yang kita dengar, dan kita lakukan.
Dan memang benar, karena kalau di versi Terjemahan Sederhana Indonesia, kata-katanya tertulis ini :
“Nah, jangan sampai ajaran-Ku tadi masuk telinga kanan keluar telinga kiri! Renungkanlah itu.”
Kalau di The Message Bible, juga tertulis ini :
They are going to complain to high heaven, but nobody is going to listen.
(Ini iya sih, kebanyakan complain, tapi ga kasih waktu untuk dengerin jawaban Tuhan atas complain kita).
At the same time, ripe, holy lives will mature and adorn the kingdom of their Father.
“Are you listening to this? Really listening?“
HELGA CAN DO
Kemarin aku ikut webinar yang membahas apakah gereja sudah ramah disabilitas atau belum.
Salah satu narasumber adalah teman Tuli yang bernama Laura.
Dia menjelaskan Markus 7 : 34
Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya:
”Efata!”, artinya: Terbukalah!
Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik.
Kisah dimana Tuhan Yesus menyembuhkan seorang Tuli.
Aku suka dengan kesimpulan dari Laura yang bilang kalau ini bukan tentang Tuli yang tidak bisa mendengarkan suara, tapi tentang hati.
Yang di ayat tersebut bilang Tuhan menyembuhkan seorang Tuli dan bilang “TERBUKALAH”,
yang terbuka sebenarnya bukan cuma telinga, tapi hati dan pikiran yang terbuka untuk Tuhan dan sesama.
Lebih lengkapnya tentang penjelasan Laura bisa dilihat disini :
Benar juga….
Mungkin selama ini kita pun “Tuli” .
karena tidak mendengarkan dengan sungguh-sungguh apa yang Tuhan bilang sama kita.
Tidak terbuka dengan kata-kata dari Tuhan.
Aku pribadi, sering sekali punya suara hati yang aku remehkan dan ga aku lakukan.
Karena malas, karena terlalu nyaman dengan keadaan sekarang, dll.
Tidak mendengarkan teguran Tuhan.
Atau sudah mendengarkan firman Tuhan berkali-kali, tapi tetap saja tidak dilakukan.
Bukankah itu artinya kita juga tidak mendengar?
Hal simple yang bisa dilakukan…
Mendengarkan + melakukan. Intinya? Taat. Hehehe.
Apalagi kalau di hati ini sudah bilang “ayo Gha jaga diri, integritas, ayo jangan egois” dll.
Wes manut ae Gha.
Kalau udah doa, minta, cerita, berkeluh kesah sama Tuhan, kasih waktu juga untuk dengerin jawaban Tuhan buatmu Gha.
Kasih waktu tenang untuk mendengarkan apa yang Tuhan mau bilang.
Sama kayak kalau dirimu lagi cerita sama orang, ga suka kalau orang tersebut kayak ga fokus, malah fokusnya kebanyakan lihat HP, ngerasa ga dihargai.
Sama… Tuhan juga gitu kali ya…
Kalau Dia udah ngomong, ingetin, tapi akunya yang “iya iya” tapi pandangannya ga fokus, malah mikirin hal lain, dan malah kebanyakan ngeliatin hal lain…
Tuhan juga ngerasa ga dihargai kan?
Simple. Hari ini simple.
Tapi cukup untuk bisa mengingatkan untuk lebih mendengar dan melakukan 🙂