Matius 19 (1)
Haii. Selamat pagiii 😊
Percayalah tulisan kali ini sulit aku tulis. Karena sambil membaca nasihat Tuhan ini, pikiranku jadi ngawang kemana-mana. Jadi mikir ini itu dan semua kemungkinan yang terjadi.
Seriusan, nulis ini lama banget. Udah bangun dari pagi tapi dari tadi ga mulai, mulai lalu berhenti, karena sibuk mikir hahaha.
Tulisan kali ini berhubungan dengan percintaan, pasangan hidup, dll.
Bagus juga sih Tuhan, aku merenungkan di saat aku single dan sedang dalam tahap menunggu pasangan hidup yang tepat dari Tuhan.
*btw, kalau aku bilang menunggu artinya bukan pasif ya. Aktif, aktif mempersiapkan dirii hehe.
Yaudah, mari kita mulai.
Ceritanya Tuhan Yesus dan murid-murid pergi dari provinsi Galilea dan pergi ke provinsi Yudea di seberang Sungai Yordan.
Tuhan banyak nyembuhin orang sakit disana, banyak yang datang ke Dia. Kemudian orang-orang Farisi datang dengan misi yang sama, nyari-nyari kesalahan Tuhan Yesus.
“Apakah seorang laki-laki boleh menceraikan istrinya dengan alasan apa pun?”
Tuhan Yesus menjawab dengan kata-kata yang sudah terkenal ini :
“Kalian pasti sudah membaca yang tertulis dalam Kitab Suci, bahwa pada mulanya Sang Pencipta menciptakan manusia sepasang, seorang laki-laki dan seorang perempuan.
Allah juga berkata,
‘Oleh karena itulah, dalam pernikahan, seorang laki-laki akan meninggalkan ayah-ibunya dan dipersatukan dengan seorang istri, sehingga mereka berdua menjadi satu.’
Dengan demikian, di mata Allah suami-istri bukan lagi dua, melainkan satu.
Karena itu suami-istri yang sudah dipersatukan Allah dalam pernikahan tidak boleh diceraikan oleh manusia.
Selanjutnya mereka membahas tentang Musa yang memperbolehkan bercerai dengan surat cerai.
Bagian yang ini, silahkan dibaca sendiri yaa. Aku kasih link bacaannya di bawah nanti. Seperti biasa 🙂
HELGA LEARN
Di lanjutan setelah Tuhan menjelaskan tentang perceraian dengan surat cerai di zaman Musa, murid-murid sempat bilang sama Tuhan
“Kalau hukum yang mengatur hubungan suami-istri begitu ketat, lebih baik tidak usah mencari pasangan dan hidup membujang saja!”
Lalu Tuhan bilang kalimat yang cukup dalam menurutku + aku pun rasanya harus bersiap dengan kemungkinan apapun yang bisa saja terjadi dalam hidupku :
Tidak semua orang sanggup hidup seperti yang kamu katakan itu.
**NOTE : hidup seperti yang kamu katakan Jawaban Yesus juga dapat diterjemahkan, “Tidak semua orang bisa menerima perkataan/ajaran(-Ku) itu.”
Dengan melihat ayat 12, jawaban Yesus menanggapi perkataan para murid tentang hidup membujang. Hanya orang-orang tertentu yang sudah dipersiapkan oleh Allah yang bisa merasa puas dengan hidup membujang.
Ada orang yang memang dilahirkan dengan tubuh yang tidak memungkinkan untuk hubungan suami-istri.
Ada yang membujang karena orang lain sudah merusak alat kelaminnya.
Dan ada juga orang yang memilih untuk tidak menikah supaya bisa melayani dengan lebih baik dalam kerajaan Allah.
Orang-orang yang sanggup hidup sesuai ajaran ini, hendaklah mereka melakukannya.”
HELGA CAN DO
Huaah… (ini di tulisan sama di kenyataan sama, aku bener-bener ngucapin “huaah” pas nulis ini hahaha ).
Kemarin ada acara tahun baru di rumahku. Keluarga dari pihak papa – tepatnya Opung laki-laki dari papa, yang selama ini ga pernah kumpul, hampir semuanya kumpul.
Agak kaget ternyata banyak.
Agak kaget juga ternyata paribanku banyak dan hampir-hampir sepantaran umurnya.
*Pariban dalam adat batak, saudara tapi bisa menikah.
Jadi di acara kemarin dengan keadaan yang Helga Theresia ini single, kode-kode perjodoh-jodohan pun bermunculan dari mana-mana.
Ada bahkan salah satu namboru – ku (tante), yang ngajak duduk, ngomong serius, minta nomer HP-ku buat dikasih ke anaknya yang ga bisa datang di acara kemarin.
Bahkan setelah acara, keluarga internalku (yang paling dekat), langsung panjang lebar memberi nasihat tentang pasangan hidup.
Nanyain dari pariban-pariban yang tadi ada yang sreg atau ga, dll.
Lucu banget sampai aku cuma bisa senyum-senyum aja karena kayak semua orang semangat sekali dengan hal ini.
Dalam pembicaraan dengan keluarga internalku setelah acara, Nanguda-ku (tante juga ya ini, sebutannya aja emang beda-beda sesuai adat Batak),
mengingatkanku tentang berdoa untuk pasangan hidup.
Aku mikir… “iya juga ya… Doaku belum sesungguh-sungguh itu.”
Sebenarnya selama ini aku sudah bikin list kriteria orang yang aku inginkan jadi pasangan hidup. Tapi aku sadar juga… aku belum mendoakannya dengan sungguh.
Aku keseringan mendoakan hal ini kalau lagi merasa ingin punya pasangan hidup.
Artinya “merasa ingin” adalah aku lagi ngerasa capek dengan hal yang aku kerjakan/ jalani, kayak merasa pingin ada yang nemenin dan lain-lain.
Itu aja udah motivasi yang salah… motivasi ingin memenuhi kepentingan pribadi saja supaya ada yang support.
Di saat supporter terbaik dan paling utama harus dicari ketika lelah… ya cuma Tuhan.
Dengan demikian, di mata Allah suami-istri bukan lagi dua, melainkan satu.
Karena itu suami-istri yang sudah dipersatukan Allah dalam pernikahan tidak boleh diceraikan oleh manusia.
Maka karena sepenting itu bagi Tuhan… Tuhan tidak menghendaki adanya perceraian…
Jadi aku pun harus serius mempersiapkan hal ini.
Akhir-akhir ini banyak laki-laki yang datang ke hidupku. Beberapa menarik perhatian.
Tapi aku sadar satu hal… aku lupa dengan list kriteria orang yang aku inginkan dan doakan.
Jadi orang-orang yang menarik perhatian ini, walau ada yang ga masuk kriteria aku inginkan, masih aku ‘iyain’ untuk tambah mendekat di pikiranku,
**Tau ga sih kalian, ini saking banyak hal di otakku, sampai rasanya ga bisa menata tulisanku dengan baik kali ini.
Maksudku… apa ya…
Seringkali aku melihat kejadian dimana dua orang memutuskan pacaran/ menikah,
lalu ketika ada konflik, satu sama lain menyalahkan karakter buruk si pasangan.
Seakan hal tersebut muncul tiba-tiba di permukaan dan meledak.
Padahal, sebenarnya karakter itu sudah ada sejak lama, bahkan di saat proses pendekatan.
Tapi karena sudah terlanjur sayang, sudah investasi waktu yang banyak, orangnya mungkin secara fisik sangat menarik, atau orang tersebut punya posisi – jabatan yang keren, diburu waktu menikah oleh orang tua…
Akhirnya sayang untuk melepaskan, mentolerir karakter yang sebenarnya sedari dulu kita ga suka.
Barulah saat ada masalah, saling menuduh, blow up karakter buruk satu sama lain.
Menuntut satu sama lain berubah. Kalau ga berubah, akhirnya memutuskan berpisah.
Padahal…. prinsip utama yang paling harus diingat…
” KITA GA PERNAH BISA MERUBAH SESEORANG”.
*ini aku pakai capslock, bold, gede-gede supaya aku sendiri juga ingat hehe.
Seseorang berubah karena dirinya sendiri yang mau berubah. Bukan karena tuntutan orang lain.
Kalau statement-ku dari sisi ‘rohani’-nya :
Hanya Tuhan yang bisa merubah hati seseorang.
Jadi, what you see di masa pendekatan, that’s what you get.
Be realistic.
Sekarang tinggal mempertimbangkan,
Apakah bisa menerima karakter buruk orang tersebut atau tidak?
Mau atau tidak berkomitmen menemani proses perubahan orang tersebut dari karakter buruk itu ke karakternya yang lebih baik?
Jadi, maksudku itu sih… mendoakan kriteria karakter yang kita inginkan sedari awal.
Bukan memaksakan sama Tuhan harus seperti yang kita inginkan.
Tapi setidaknya minta ke Tuhan + minta ke Tuhan buat guide, kepekaan, tunjukin yang terbaik.
Aku pun tidak perlu membuang waktu untuk ‘mengiyakan’ semua yang datang dalam waktu lama.
Kalau udah terlalu lama kenal, ngobrol, dan dirasa ga oke, yaudah let’s move to the other option.
Sebagai penutup, kemarin ada pertanyaan ini ke aku :
“Jadi yang menurut kamu (Helga) oke, itu yang kayak gimana?”
Jawabanku :
Yang punya hubungan dengan Tuhan.
Maksudnya, bukan orang yang melakukan ritual agama, pergi ke gereja dengan rajin, pelayanan, dll.
Tapi benar-benar punya hubungan sama Tuhan.
Ngobrol sama Tuhan. Nanya ke Tuhan “Tuhan mau apa? Tuhan ini tuh bener ga sih aku ngelakuin hal ini?”
Semua keputusannya dipimpin Tuhan, Roh Kudus, suara di dalam hatinya untuk melakukan hal-hal benar.
Karena aku sadar betul, untuk masuk ke dalam pernikahan, butuh dua orang yang dewasa di dalam Tuhan. Pondasi utamanya adalah Tuhan.
Butuh orang-orang yang sadar kalau rasa penuh dan bahagia hanya datang dari Tuhan. Bukan dari pasangannya, bukan dari manusia lain.
Karena manusia sangat bisa mengecewakan. Tapi Tuhan tidak pernah mengecewakan.
Hubungan dengan Tuhan bikin kita kalau dikecewakan sebagaimanapun sama orang lain/ pasangan, tapi hati kita masih bisa mengasihi, masih lemah lembut, dan tidak cepat untuk marah.
Sama kayak yang Tuhan lakuin ke kita, mengasihi dengan cara yang tidak masuk akal. Hehehe.
Pertanyaan selanjutnya :
“Caranya tau orang itu punya hubungan sama Tuhan gimana?”
Caranya ada di dalam hatiku. Suara di hatiku.
Terlihat mengkhayal/ ngawang mungkin.
Tapi aku yakin Tuhan juga kasih tunjuk dan memberikan aku kepekaan.
Orang yang punya hubungan sama Tuhan pastinya lemah lembut, sabar, berkata, berperilaku baik, konsisten, dan masih banyak nilai-nilai baik yang mengikuti.
Aku tinggal melihat perilaku, perkataan, dan buah apa yang dihasilkan dalam hidupnya.
Gitu aja 😊
PUANJAAAANG yaa Gha…
Hahaha, tapi semoga berguna.
Hal-hal di atas adalah “sedikit” guide ku untuk mempersiapkan diri bertemu dengan pasangan hidup.
Sekali lagi…
“Kita ga bisa merubah orang lain. Kitanya sendiri sudah berubah belum? Sudah menjadi versi diri yang terbaik belum? “
“Atau selama ini hanya menuntut? Menuntut ke orang lain… Menuntut ke Tuhan? “
Yuk direnungkan yuk hahaha.
Have a nice daay. See you tomorrow !
https://my.bible.com/id/bible/306/MAT.19.TB?parallel=27
https://my.bible.com/id/bible/2977/MAT.19.AMD?parallel=2727
Pingback: #quiettime : Just Keep Going – HELGA THERESIA