Skip to content

Puasa Media Sosial

Halo, akhirnya setelah memaksa diriku sendiri untuk menulis (aku berusaha mengkonsistenkan diri untuk terus menulis), akhirnya aku masuk ke dalam topik ini.

Ini akan jadi topik yang panjang untuk dibahas, karena sejak 2021 aku lumayan sering melakukannya. Jadi aku memutuskan untuk membahasnya secara berkala.

Kali ini akan aku mulainya dengan cerita pertama kali aku memutuskan untuk puasa media sosial.

*Note : Aku membahas ini karena sedang dalam masa puasa sosial media yang mungkin akan lebih panjang daripada biasanya hehe.


AWAL MULA

Pertama kali aku memutuskan puasa media sosial adalah akhir bulan Januari 2021.

Alasannya? Banyak, tapi salah satunya karena aku sedang merasa gagal, depresi (lagi), dan membandingkan hidupku dengan teman-teman yang aku lihat di media sosial.

Aku merasa agak tertekan karena ada project yang “rasanya” gagal untuk aku handle.

Aku masuk ke dalam masa menghasihani diriku sendiri dengan keadaan yang sebenarnya aku putuskan sendiri, yaitu bekerja sebagai freelancer.

Menghasihani diri juga karena sampai umur 26 tahun tidak pernah pacaran, membandingkan diri dengan teman-teman seumuran yang satu persatu menikah dan banyak yang sudah memiliki anak.

Dan beberapa perasaan lain yang aku sudah lupa, tapi aku yakin saat itu sangat kacau dan buram bagiku sampai pada akhirnya memutuskan menutup media sosialku secara tiba-tiba.

Awalnya aku ragu dengan keputusan mendadak uninstall instagram di saat aku sedang sangat aktif bermedia sosial, membagikan perjalanan pola hidup sehatku sejak tahun 2020.

Banyak teman-teman yang terinspirasi dengan pola hidup sehatku, suka dengan tulisan-tulisanku, dll.

Aku akui, sangat menyenangkan sebenarnya berada di media sosial, apalagi jika kita tau kalau kita bermanfaat dan memberikan sesuatu yang berguna, menginspirasi di platform tersebut.

Aku juga berpikir instagram juga menjadi peluang untukku membranding diri, gain trust, mungkin pekerjaan freelance juga bisa datang dari platform tersebut, layaknya profesi influencer.

Duh Gha, gimana sih, kok malah menjauh dari sosial media di saat berbagai peluang dan kesempatanmu ada sisitu?”

Tapi… setelah aku pikir-pikir lagi,

” kenapa aku harus bergantung dengan platform itu?”

Kenapa aku harus terus merasa tempat itu adalah tempat terbaik untuk aku bisa membranding diriku?

” Kenapa jadinya penghargaan diriku juga distandarisasi oleh update-an seperti dengan siapa aku sedang bekerjasama, kegiatan apa yang sedang aku lakukan, atau dengan barang apa yang aku punya?

Aku tidak suka dengan perasaan itu. Perasaan seakan-akan aku bergantung dengan sesuatu dan aku tidak memiliki kontrol penuh terhadap hal tersebut.

Aku juga perlu belajar lebih disiplin dan bertanggung jawab dengan hidupku. Menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial juga membuatku banyak sekali waktu menunda-nunda.

Selain itu, aku juga diingatkan untuk berpuasa awal tahun melalui video Philip Mantofa yang entah kenapa muncul di timeline YouTube-ku.

Akhirnya aku memutuskan untuk berpuasa media sosial.


Salah satu keputusan terbaikku

Saat keluar dari media sosial, aku baru tersadar bahwa banyak sekali waktu yang dihabiskan di media sosial. Sangat banyak.

Bahkan ternyata jariku selama ini bergerak secara otomatis membuka instagram atau twitter di saat aku tidak tau harus berbuat apa, awkward, atau bosan.

Di awal-awal sangat sulit bagiku untuk menahan diri membuka instagram via website di komputer.

Aku juga seringkali terlihat seperti orang bingung yang melihat keadaan sekitar ketika teman-temanku sedang sibuk dengan smartphone masing-masing atau ketika aku menunggu seseorang.

Tapi seiring berjalannya waktu, aku bisa beradaptasi dengan keadaan ini dan ternyata malah banyak hal yang berkembang dariku.

Caraku memandang hidup jadi sangat berbeda. Aku lebih menghargai segala sesuatu yang terjadi di saat ini.

Live in the moment, be present.

Aku ingat ada moment bertemu dengan teman-temanku, tapi aku tidak perlu update di instagram menunjukkan keakraban kami. Aku menikmati semua pembicaraan tanpa banyak melihat smartphone untuk mengecek notifikasi.

Oh iya, bahkan website ini juga terbangun saat aku puasa media sosial. Aku bisa fokus mengutak-atik isi website dan memasukkan tulisan-tulisanku.

Aku merasa lebih damai tidak mengetahui banyak hal tentang apa yang sedang dilakukan teman-temanku.

Bukan maksudnya aku tidak peduli dengan mereka, I care, a lot.

Tapi lebih baik untukku tidak mengetahui banyak hal untuk bisa menjaga hatiku tetap tenang dan tidak judge orang lain.

Aku juga menikmati keadaan dimana aku bisa mendengarkan mama papa bercerita tanpa sibuk dengan layar smartphone.

Banyak hal baik yang terjadi. Aku merasa bahagia untuk melewatkan berbagai hal (yang sebenarnya tidak perlu aku ketahui).

Ah iya, tapi karena keputusanku ini, aku adalah orang yang paling tidak tau info terkini hahaha.

Aku tidak banyak tau mengenai berita terbaru.

Eh tapi kalau yang ini memang sudah sejak lama aku tidak mengkonsumsi berita sih.

Karena bagiku masalah tidak akan pernah ada habisnya, jadi mending aku fokus dengan masalah-masalah yang ada di hidupku atau dekat denganku saja.

Berusaha membantu agar keadaannya lebih baik, dibandingkan aku protes mengenai keadaan yang tidak kunjung berubah.

Aku juga tidak tau mengenai gosip-gosip terkini sehubungan dengan teman-temanku ataupun para selebriti.

Kadang aku tau, tapi itupun karena lewat di timeline YouTube-ku.


Seingatku, hiburanku di setiap puasa media sosial adalah status whatsapp, YouTube, dan profile picture orang-orang di whatsapp hahaha.

Random banget yak ngeliatin foto-foto profile orang di whatsapp.

Selain itu aku membaca buku dan olahraga.

Pas aku kembali membuka instagram setelah 2,5 – 3 bulan (aku lupa tepatnya), hal aneh yang aku rasakan adalah aku merasa mual.

Aneh kan?

Aku rasanya tidak sanggup dengan terlalu banyaknya informasi yang datang padaku. Semua datang terlalu cepat dan perasaan ketakutan melewatkan sesuatu, ketinggalan, jadi semakin kuat.

FEAR OF MISSING OUT.

Jadi aku memutuskan hanya update story dan tidak melihat story teman-temanku.

Manisnya adalah ketika aku kembali ke instagram, aku mendapatkan sambutan hangat dari beberapa orang.

Bahkan saat di masa puasa sosial mediapun, ada teman-teman yang menanyakan diriku hilang kemana dan mengkhawatirkan diriku.

Ada yang bilang senang aku kembali, menunggu tulisanku, dan masih ada beberapa lainnya.


KEMBALI BERPUASA

Setelah periode puasa media sosial pertama kali tersebut, aku beberapa kali kembali berpuasa media sosial lagi. Kadang seminggu, dua minggu, atau bahkan lebih dari itu.

Karena ingin fokus dengan project yang sedang aku handle, but mostly ketika keadaan mentalku sedang tidak baik-baik saja.

Seperti saat ini, aku kembali berpuasa sosial media karena minggu lalu aku sakit demam tinggi kemudian berpengaruh ke mentalku juga yang ikut down.

Aku mendadak sedih, merasa gagal, dan banyak hal lainnya yang tiba-tiba muncul di pikiranku.

Kemudian video Philip Mantofa yang tahun lalu membuatku ingin berpuasa, entah kenapa muncul kembali di timeline YouTube-ku.

Akhirnya aku memutuskan ini saat yang tepat untukku berpuasa dan kembali fokus ke apa yang Tuhan mau lakukan di hidupku.

Sekaligus fokus dengan project-project yang benar-benar ingin aku kerjakan.

So here I am, kembali berpuasa sosial media.


BUTUH

Aku rasa berpuasa sosial media sangat aku butuhkan di hidupku.

Aku butuh waktu untuk step back, keluar, melihat dari daratan, agar aku tidak terikut arus yang rasanya terlalu deras dan cepat.

Sampai pada saatnya aku merasa lebih kuat, aku akan kembali masuk lagi ke arus deras dan cepat itu.

Aku selalu merasa lebih tenang di masa puasa sosial media, aku jauh lebih fokus dibandingkan ketika aku aktif bersosial media.

Jadi yang aku lakukan sekarang, kalau memang butuh keluar dari sosial media, aku lebih baik keluar terlebih dahulu. Tanpa harus takut melewatkan berbagai hal.

Aku tidak suka dengan perlombaan semu yang ada di pikiranku, ketakutan melewatkan kesempatan, hanya karena tidak bermedia sosial.

Selama setahun belakangan, aku sadar, aku baik-baik saja tanpa media sosial.

Malah semakin baik.

Terutama aku tidak menggantungkan penghargaan diriku berdasarkan hal-hal yang aku update (barang, pekerjaan, lingkungan pertemanan, dll).

Jadi semakin sadar kalau Helga yang memang keren dan berharga karena itu identitasku sedari dulu.

Yihii. Keren ga tuh? Hahaha

Tulisanku rasanya banyak pengulangan ya kali ini?

Gapapa deh. Aku pingin nulis tentang ini sejak lama.

Nanti juga aku akan update lagi tentang puasa media sosial yang sedang aku jalani saat ini. Apa bedanya dengan puasa sosial media yang sebelum-sebelumnya.

*To be honest kali ini alasan puasa media sosialku lebih dewasa kok hahaha.

Bukan soal membandingkan diri, tapi memang ingin lebih disiplin dan bertanggung jawab saja dengan pilihan-pilihan hidupku.

See you next time yaaa.

I love you, selamat menjalani hidupmu di masa sekarang, saat ini. Nikmatiii!

2 thoughts on “Puasa Media Sosial”

  1. Samaaaaa ga, aku juga lg puasa sosmed. Aku lakukan dri Agustus 2021, tp puasanya masih jangka pendek gitu karna rasanya puasa lgsung full itu rasanya ga mungkin. Hahahahahahaha. Tp semenjak aku puasa, yg aku alami it :
    1. Gak gampang nilai negatif org
    2. Gak kepo sama idup org
    3. Gak ngerasa minder

    Aku juga tau puasa medsos dari pembina rohani. Akupun pernah nanya, sampai kapan puasa ini berlangsung? Langsung kata pembina saya adalah sampai merasa medsos it gak ad apa-apanya buat hidup kita. Bukan hal utama dalam hidup kita gitu. Mmmmmmmm berarti puasa yg akan aku lakukan akan perlu berlangsung lama juga . Semangatttttt buat yg puasa medsos.

    1. Echaaa, thank you so much for sharing!

      True, semua poin itu juga aku alami. Jauh lebih tenang dan lebih fokus dengan apa yang benar-benar perlu mendapatkan perhatian kita.

      Semangat! Semoga pengendalian dirimu bisa bikin kamu lebih fokus menjalani panggilan dan tujuan hidupmu. Amiiiin! Selamat berkomitmen dan disiplin 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *