Skip to content

MULAI AJA DULU

Kemarin aku memutuskan membuat video di YouTube. Rencananya akan tayang malam ini.

Video biasa dan sederhana sebagai tanda memulai sesuatu yang baru dalam hidupku.

Sejak kuliah aku ingin sekali aktif di YouTube, berbagi pengalaman, dan banyak karya yang ingin aku buat.

Keinginanku dari 7-8 tahun yang lalu. Tapi tidak aku mulai-mulai karena TERLALU TAKUT.

Apa yang aku takutkan?

Pandangan orang lain kepadaku.

Alasan takutku berubah-ubah. Saat kuliah, aku takut terlalu “stand out” dan takut dibilang ingin “ngartis”.

Aku insecure dengan fisikku yang tidak menarik. Rasanya tidak pantas dan layak untuk tampil di depan umum.

Saat bekerja, aku ingin menceritakan pengalamanku di balik layar Cameo Project. Tapi aku terlalu takut dengan anggapan “panjat sosial” .

Saat freelance, aku juga masih takut dengan pandangan orang lain.

Aku merasa harus bikin video dengan perfect, bagus, karena sudah dikenal sebagai seseorang yang berpengalaman di dunia kreatif.

Aku juga masih takut untuk berbagi ilmu produksi video, film-ku.

Aku merasa masih sedikit pengalaman dan masih takut dengan anggapan “panjat sosial” .

Intinya, itu semua tidak benar-benar terjadi.

Itu hanya ketakutan yang ada di pikiranku dan belum tentu orang akan berpikir seperti itu.

Aku memendam ilmuku, memendam pendapatku, memendam karyaku.


SHOW YOUR WORKS

Beberapa minggu yang lalu, buku “Show Your Works” mendapat perhatianku saat dibahas oleh salah seorang YouTuber luar negeri.

Sepertinya akan menjadi buku yang tepat bagi orang-orang sepertiku, yang sering ketakutan menunjukkan karya-karyanya atau lebih suka berkarya dalam diam.

Kemarin aku teringat buku itu lagi. Karena suka dengan review-review buku, aku mencari review buku ini versi bahasa Indonesia.

Lalu aku mendapatkan video ini di YouTube :

*videonya bagus dan masih relate dengan topik pembahasan kali ini, silahkan ditonton ya 🙂

Bukannya fokus dengan pembahasan isi buku, tapi aku malah fokus dengan pengambilan gambar video ini.

Video ini hanya direkam di mobil, dengan pengambilan gambar biasa, dan orangnya ngomong ke kamera.

Simple, tapi isi video ini sangat bagus dan bisa membantu banyak orang.

Membantu orang-orang yang mungkin ga bisa beli bukunya tapi bisa dapet pelajaran dari review buku ini atau mungkin membantu orang-orang yang terlalu takut menunjukkan karyanya.

Malah video ini juga membuatku sadar tidak butuh terlihat “sempurna” untuk sharing hal-hal yang baik.

Lalu aku teringat kata-kata Pandji Pragiwaksono yang bilang

” mulai aja dulu, lalu bikin yang lebih baik.”

Seringkali aku tidak mulai-mulai melakukan sesuatu karena ilusi perfectionist ini. Aku ingin semua hal yang aku lakukan terlihat bagus, baik, dan maksimal.

Di balik semua itu, aku hanya takut dengan penilaian orang lain.

Aku belajar banyak sekali teori dan ilmu supaya bisa menghasilkan karya terbaik.

Sampai kadang rasanya susah bergerak karena terpenjara dengan “kata si A harus ……….”, sedangkan “kata si B harus …………..”

Semakin banyak kurungan di kepala yang membuatku takut salah, takut gagal saat mencoba hal-hal yang ingin aku lakukan.


KONSISTENSI

Aku teringat masa awal mulai membangun website-ku (helgatheresia.com). Sebuah cita-cita lama yang baru terjadi di tahun 2021.

Aku berharap bisa menulis blog setiap hari. Tapi dalam prakteknya, sangat sulit dilakukan.

Singkat cerita ada beberapa alasan yang akhirnya membuatku ingin menulis lebih rutin lagi (bisa dibaca disini : alasan menulis).

Saat itu aku sedang berusaha mulai rutin membaca Alkitab dan merenungkannya.

Aku menuliskan hal yang muncul/ teringat di pikiranku saat membaca dan hal apa yang bisa aku terapkan dalam hidup (action plan).

Jadi aku berencana rutin menulis renungan harianku, setelah itu barulah rutin menulis hal-hal lainnya.

Setelah menuliskan, aku mengirimkannya kepada teman-teman terdekat yang masuk dalam list-ku.

Saat pertama kali mengirim, aku mual dan pusing. Ketakutan luar biasa.

Aku takut dengan pandangan orang “Helga terlalu rohani” atau “Ngapain Helga nulis renungan? Orang hidupnya aja belum bener.”

Entah bagaimana caranya, aku melawan pemikiran itu.

Hampir setiap hari aku berusaha tetap konsisten menulis dan mengirimkannya ke orang-orang tersebut.

Setelah itu, hal-hal yang tidak aku sangka pun berdatangan.

Aku mendapatkan ucapan terima kasih dari orang-orang yang merasa dikuatkan dari tulisanku.

Ada yang terinspirasi untuk semangat menulis, ada yang meluangkan waktunya sungguh-sungguh membaca tulisanku dan memberikan perenungannya juga.

Ada yang merasa useless, ingin bunuh diri, tapi ketika dapat renungan + referensi musik dariku, dia jadi kembali semangat.

Banyak hal ajaib yang terjadi. Termasuk di dalam diriku.

Aku berkembang dari segi karakter diri. Aku merasa menulis rasanya lebih mudah.

Gaya penulisanku berkembang, semakin bisa jujur dengan diri sendiri.

Ketika aku memberikan waktuku untuk menulis, sharing, aku malah mendapatkan rasa penuh berlipat-lipat ganda.

Aku jadi terbiasa dengan berbagai respon.

Ada yang aku kirim tulisan, tapi tidak merespon apapun. Hal tersebut membuatku kuat dan terbiasa menghadapi penolakan.

Aku jadi bisa kembali lagi dengan tujuan awalku. Aku ingin membagikan pemikiranku, perenunganku, karena aku memang suka dan ingin.

Jadi tidak masalah bagiku jika dibaca ataupun tidak dibaca, tidak ada respon, tidak ada ucapan terima kasih, aku akan tetap melakukannya.

Sama dengan YouTube channel, bisnis online, buku, atau apapun yang ingin aku coba.

Mulai aja dulu, lalu bikin yang lebih baik.”

Mulai saja dulu. Mulai.

Melakukannya karena aku suka dan ingin. Ada atau tidak ada yang lihat, semua itu biarkan Tuhan yang bekerja.

Sudah saatnya aku melepaskan karya/ pemikiran yang selama ini aku hold hanya karena ketakutanku.

Lakukan yang termudah, bagian yang berat biar jadi kerjaan-Nya Tuhan.

Sekian. Terima kasih sudah membaca sampai sini yaa.

Masih banyak yang ingin aku ceritakan. Sampai berjumpa di tulisan, video YouTube, atau media manapun yaa.

Byeee 👋👋👋

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *