MARKUS 10 : 1-12
Hai haii semuanyaaa. Apa kabar kalian? Semoga dalam keadaan baik yaa.
Aku menuliskan ini masih dari kamarku yang ada di pinggir Danau Toba. Seneng banget pagi-pagi suara kokok ayam bersahut-sahutan di segala penjuru. Rame banget sama kokok ayam wkwk.
Bacaanku hari ini agak berat buatku yang ga pernah menjalin hubungan dengan siapapun, yaitu “Perceraian”.
Singkat cerita, orang-orang Farisi mempertanyakan mengenai apakah seorang suami boleh menceraikan istrinya atau tidak.
Tuhan bertanya balik mengenai perintah Musa mengenai hal ini
Jawab mereka: ”Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai.”
Maka jawab Yesus, “Musa menulis perintah seperti itu karena hatimu keras dan jahat. Tetapi sebenarnya kehendak Allah sudah nyata sejak Allah menciptakan dunia ini,
‘Dia hanya menjadikan seorang laki-laki dan seorang perempuan.’
‘Oleh karena itulah, dalam pernikahan, seorang laki-laki akan meninggalkan ayah-ibunya dan dipersatukan dengan seorang istri, sehingga mereka berdua menjadi satu.’
Dengan demikian, di mata Allah suami-istri bukan lagi dua, melainkan satu.
Karena itu suami-istri yang sudah dipersatukan Allah dalam pernikahan, tidak boleh diceraikan oleh manusia.”
Pas di rumah, murid-murid nanya lagi soal perceraian ini, dan Tuhan Yesus bilang :
“Ketika seorang suami menceraikan istrinya dan menikah lagi dengan perempuan lain, di mata Allah dia terus hidup berzina terhadap istrinya yang pertama.
Begitu juga, kalau seorang istri menceraikan suaminya dan menikah lagi dengan laki-laki lain, maka di mata Allah dia terus hidup berzina terhadap suaminya yang pertama.”
HELGA LEARNS
Hal basic namun sangat penting adalah pernikahan adalah hal yang sangat penting di mata Tuhan.
Bahkan Tuhan juga menggambarkan hubungan Dia dengan kita seperti hubungan mempelai pria dan mempelai perempuan (berdasarkan perumpamaan gadis-gadis bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh).
Because of this, a man leaves father and mother, and in marriage he becomes one flesh with a woman—no longer two individuals, but forming a new unity.
Because God created this organic union of the two sexes, no one should desecrate his art by cutting them apart.”
-versi The Message
HELGA CAN DO
Tidak memaksakan kehendak.
Aku menuliskan ini dari kacamata seorang single (& secure hehehe).
Percayalah, jadi single sampai umur mau ke 28, pertanyaan soal “mana pasangan hidupku?” pasti terus ada.
Tak jarang juga aku menurunkan standarku hanya karena rasa kesepian, yang seringkali berujung aku sakit sendiri karena berbagai ekspektasi.
Membaca ayat di atas… Aku diingatkan, memang belum waktunya aku mendapatkan season menjalin hubungan dengan seseorang.
Dan Helga juga ga perlu memaksakan diri mencari – cari, bertanya, merendahkan standar (btw, standarku bukan gimana-gimana kok hahaha, yang penting orangnya paham betul kalau hidupnya perlu punya karakter semakin mirip sama karakter Tuhan Yesus).
Memang belum seasonnya. Daripada dipaksakan lalu berakhir dengan hal-hal ga enak, ya kan?
Mungkin juga aku belum siap dengan tanggung jawab besar tersebut, atau calon pasanganku juga masih Tuhan bentuk karakternya.
Mari nikmati saja waktu-waktu sendirian sekarang, travelling, mengembangkan potensi diri, pelayanan, bekerja, lakuin apa yang seorang single bisa lakukan.
Itu aja, hari ini aku diingetin soal itu.
Memang belum seasonnya aja, be present sama keadaan kita sekarang, bersyukur penuh.
It’s more than enough.
Byee, see youu 🙂
https://www.bible.com/id/bible/320/MRK.10.TSI