MARKUS 12 : 1-12
Hai teman-teman. Selamat pagi dan selamat hari Rabuuu 🙂
Entah kenapa dua hari kemarin jadwalku cukup terbolak-balik (lagi). Aku mulai mendeteksi kalau aku burn out.
Untungnya aku sudah menemukan metode yang cukup baik kalau aku sedang stress, yaitu menuliskan di buku “apa yang membuat aku stress?” dan “apa yang bisa kulakukan untuk menjadi solusinya?” . Cara sederhana yang cukup berhasil untuk mengurai pikiran di kepalaku.
Aku mendapatkan cara ini dari e-book metode lari/ olahraga yang namanya MAF Method. Metode yang cukup banyak dipakai para atlit lari untuk mencegah cidera karena berlatih.
https://philmaffetone.com/method/
Lanjut ke firman Tuhan hari ini. Beberapa hari yang lalu, kita membaca tentang para pemimpin Yahudi yang mendatangi Yesus dan memberikan pertanyaan mengenai darimana Yesus punya hak dan kuasa untuk mengajar dan mengubah kebiasaan mereka.
Nah setelah itu, Tuhan Yesus mulai memberikan perumpamaan-perumpamaan kepada mereka dan ini adalah salah satu ceritanya.
“Ada seorang pemilik tanah yang menyuruh hamba-hambanya membuat kebun anggur yang besar, lengkap dengan pagar di sekelilingnya.
Lalu mereka menggali lubang tempat memeras buah anggur serta membangun pondok jaga yang tinggi untuk mengawasi kebun itu kalau-kalau ada pencuri atau binatang yang masuk.
Sesudah semuanya selesai, dia menyewakan kebun anggur itu kepada beberapa orang petani, lalu pergi ke negeri lain bersama para hambanya.
Ceritanya cukup panjang. Singkat cerita, pada musim panen si Pemilik Tanah mengirimkan hamba-hambanya secara bergantian untuk menagih hasil penjualan anggur yang menjadi bagiannya.
Tapi para petani yang menyewa ini malah membunuh hamba-hamba tersebut. Begitu juga ketika anak si Pemilik Tanah datang, malah dibunuh lebih keji lagi.
“Lihat! Yang datang ini adalah anaknya sendiri. Dialah yang nanti menjadi pemilik kebun ini kalau bapaknya sudah meninggal. Mari kita bunuh dia, supaya kebun ini menjadi milik kita.’
Jadi mereka menangkap dan membunuh dia, lalu membuang mayatnya keluar dari kebun itu.”
Di akhir cerita, akhirnya si Pemilik Tanah itu sendiri yang turun tangan untuk memberi penghakiman kepada para petani.
Di akhir kata, Tuhan Yesus bilang :
“Kalian sudah membaca Firman Allah, bukan?! Karena ada tertulis,
‘Batu yang dianggap tidak berguna oleh tukang-tukang bangunan,
sudah dijadikan Allah sebagai batu fondasi yang utama.
Apa yang Allah lakukan itu sangat mengherankan bagi kita.’”
Pemimpin-pemimpin Yahudi itu paham kalau yang dimaksud petani yang jahat adalah mereka. Mereka makin kesal, tapi mereka takut dengan orang banyak yang mendengarkan Yesus. Lalu mereka pergi dari situ.
HELGA LEARNS
Aku penasaran, kenapa pas Tuhan menceritakan perumpamaan ini, Tuhan menutup dengan batu-batu yang dianggap tidak penting jadi batu fondasi utama (atau batu penjuru) ?
Lalu aku melihat ayat rujukan yang ada di notes-nya, yaitu Mazmur 118 : 22 – 23 (BIMK)
Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan
telah menjadi batu penjuru.
Hal itu terjadi dari pihak Tuhan,
suatu perbuatan ajaib di mata kita.
Hemm, kira-kira teman-teman ada yang tau? Kenapa dari cerita perumpamaan tersebut, Tuhan Yesus menutup dengan kata-kata batu penjuru ini?
HELGA CAN DO
Aku mengambil refleksi dari perumpamaan Tuhan tadi.
Aku membayangkan aku disewakan ladang sama Tuhan, aku sudah bekerja untuk ladang tersebut, lalu hasil dari si ladang aku kekep sendirian, tidak mau menyerahkan bagian untuk Tuhan.
Seringkali aku seperti itu, aku tergerak untuk melakukan sesuatu, bantu orang lain, tapi karena keadaanku saat itu pas-pas an, aku mengurungkan niatku untuk membantu. Seakan khawatir provide-Nya Tuhan terbatas.
Kemudian mengenai batu penjuru… aku berefleksi dari kata-kata ini :
Batu yang dianggap tidak berguna oleh tukang-tukang bangunan,
sudah dijadikan Allah sebagai batu fondasi yang utama.
Aku diingatkan kalau hal-hal sepele, yang dianggap tidak berguna, itu yang Allah jadikan fondasi utama.
Hal-hal sepele yang terlintas di kepalaku saat ini adalah mengenai kebersihan diri, merawat diri, manage waktu dengan baik, renungan, olahraga, membaca, tidak kebanyakan bermain sosial media, dll.
Hal-hal yang kita anggap kecil itu sebenarnya fondasi utama yang membuat kita tidak rubuh ketika badai datang.
Yang bisa dilakukan?
Start small. Lakukan apa yang bisa kamu lakukan. Seringkali kita terlalu fokus dengan “hal-hal besar” kemudian stress.
Mulai kembali merawat diri, bebersih, manage waktu lagi, coba lagii.
Kalau mau melakukan hal besar, lakukan dulu dengan baik hal-hal kecil, dimulai dari diri sendiri.
Itu yang jadi fondasi utama.
Agak ga nyambung ya sama bacaan kita, hahaha. Tapi hari ini aku diingatkan tentang dua refleksi di atas.
Sekian. Selamat hari Rabu, Tuhan Yesus memberkati kalian semua!
https://www.bible.com/id/bible/320/MRK.12.TSI
https://www.bible.com/id/bible/27/MRK.12.BIMK
https://www.bible.com/id/bible/97/MRK.12.MSG
https://www.bible.com/id/bible/306/MRK.12.TB