Skip to content

#quiettime : Memimpin dengan Hikmat

Markus 15 : 1- 15

Selamat pagi teman-teman, semoga dalam keadaan baik dan sehat fisik, mental, dan Roh.

Hari ini keadaanku cukup baik, cukup tenang. Semoga hari ini bisa kita lewati dengan baik yaa 🙂

Pagi ini aku kembali merenungkan injil Markus. Yaitu dari Markus 15 : 1-15.

Hari ini aku membaca kisah Pilatus yang memutuskan mengikuti keinginan publik untuk menyalibkan Yesus.

Pagi-pagi sekali, seluruh Mahkamah Agama termasuk imam-imam kepala, pemimpin-pemimpin Yahudi dan guru-guru agama berunding cepat-cepat.

Mereka membelenggu Yesus, kemudian membawa Dia dan menyerahkan-Nya kepada Pilatus. 

Pilatus bertanya kepada Yesus, “Betulkah Engkau raja orang Yahudi?”

“Begitulah katamu,” jawab Yesus.

Cerita berlanjut dengan Pilatus memberikan pilihan untuk melepaskan salah satu tahanan penjara atau Tuhan Yesus. Hal tersebut dilakukan Pilatus karena dia mengerti bahwa para ahli taurat hanya iri kepada Yesus. Kemudian orang banyak meminta Pilatus untuk melepaskan si tahanan penjara, Barabas.

Maka Pilatus berkata lagi kepada orang banyak itu, “Kalau begitu, saya harus buat apa dengan orang yang kalian sebut raja orang Yahudi itu?”

Mereka berteriak, “Salibkan Dia!”

“Tetapi apa kejahatan-Nya?” tanya Pilatus.

Lalu mereka berteriak lebih kuat lagi, “Salibkan Dia!”

Pilatus ingin menyenangkan orang banyak itu, maka ia melepaskan Barabas untuk mereka.

Kemudian ia menyuruh orang mencambuk Yesus, lalu menyerahkan-Nya untuk disalibkan.


HELGA LEARNS

Saat membaca perjalanan Yesus menuju kayu salib, aku sadar kalau aku tidak bisa menyalahkan siapapun dalam peristiwa ini. Aku tau kalau ahli-ahli taurat, Mahkamah Agama, Pilatus salah dengan menyalibkan Yesus. Tapi kalau bukan karena mereka, Tuhan Yesus tidak disalibkan dan bisa menyelamatkan hidup kita semua.

Tapi hal yang bisa aku pelajari disini adalah mengenai keputusan yang adil sebagai seorang pemimpin.

Pilatus ingin menyenangkan orang banyak itu, maka ia melepaskan Barabas untuk mereka.

Kemudian ia menyuruh orang mencambuk Yesus, lalu menyerahkan-Nya untuk disalibkan.

Lalu aku teringat, sebagai pemimpin banyak sekali keputusan yang harus dilakukan dengan bijak. Yang artinya keputusan itu tidak selelu bisa menyenangkan semua pihak.


HELGA CAN DO

Maka dari itu, sebagai pemimpin kita sangat perlu Tuhan dan Roh Kudus untuk memimpin langkah kita. Karena dari Tuhan sajalah kita bisa memutuskan hal yang bijaksana, memimpin dengan hikmat.

Artinya hubungan Helga memang harus sedekat itu sama Tuhan supaya bisa mendengarkan suara Tuhan lebih lagi dan bisa memutuskan hal-hal baik dan adil untuk lingkungan sekitarku, tempat dimana Tuhan mempercayakan kepemimpinan kepadaku.

Sekian untuk hari ini. Yuk Helga, yuk semua yang membaca, please tetap berjuang menjadi lebih baik.

Memimpin bukan untuk kekuasaan tapi untuk melayani.

Amin. Sekian kawan-kawan. Terima kasih 🙂



https://www.bible.com/id/bible/27/MRK.15.BIMK

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *